Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Transportasi Terdampak PSBB, Emiten Sulit Prediksi Kerugian

Emiten yang memiliki bisnis di sektor angkutan darat mengaku sulit memprediksi kerugian akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Sebuah unit armada Bigbird Premium berjenis Bravo terparkir di halaman kantor Bluebird di Jakarta, Rabu (19/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Sebuah unit armada Bigbird Premium berjenis Bravo terparkir di halaman kantor Bluebird di Jakarta, Rabu (19/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Bisnis angkutan penumpang jalur darat menjadi salah satu yang paling terdampak dari pelarangan mudik yang diberlakukan pemerintah.

Emiten yang memiliki bisnis di sektor ini pun mengaku sulit memprediksi kerugian.

Seperti yang dialami oleh emiten transportasi darat PT Eka Sari Lorena Tbk. (LRNA). Perusahaan milik Eka Sari Lorena ini telah mengalami penurunan operasional hingga 80 persen sejak adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan pelarangan mudik.

Managing Director PT Eka Sari Lorena Dwi Ryanta Soerbakti mengatakan sepanjang kuartal pertama 2020 kemarin bisnis perseroan cenderung masih normal dan belum terpengaruh oleh tekanan akibat pandemi.

Namun, mulai paruh kedua bulan Maret dan awal kuartal II/2020, dia mengakui mulai terjadi penurunan yang signifikan, baik dari jumlah penumpang maupun dari jumlah armada yang beroperasi.

“[Pendapatan] Q2 belum bisa saya prediksi secara pasti karena baru mulai di April. Tapi pasti turun cukup banyak karena semua angkutan umum dilarang pemerintah untuk beroperasi sejak 24 April hingga 31 Mei,” tuturnya kepada Bisnis.com, Selasa (28/4/2020)

Pria yang disapa Anda ini mengharapkan prediksi bahwa wabah di Indonesi akan berakahir pada awal Juni mendatang akan benar terjadi, sehingga industri transportasi darat dapat rebound menuju kondisi normal.

Senada, Head of Investor Relation Bule Bird Group Michael Tene mengatakan mobilitas masyarakat yang menurun drastis sejak imbauan work from home dan pemberlakuan PSBB memiliki dampak yang signifikan terhadap bisnis taksi perseroan.

Begitu pula dengan larangan mudik turut berdampak pada bisnis kendaraan besar grup tersebut yakni “Big Bird”.

Menurutnya, kendati perseroan tak memiliki layanan antar kota antar provinsi (AKAP) tapi mereka rutin menawarkan paket khusus mudik jelang Lebaran dan dengan adanya larangan tersebut maka momentum kali ini akan lepas.

“Penurunannya akan sebesar apa, itu akan terefleksikan dalam laporan keuangan kuartal dua tahun ini,” katanya.

Untuk mengantisipasi penurunan yang terjadi, Michael mengatakan BIRD telah melakukan sejumlah langkah strategis dan melakukan efisiensi di semua sektor yang memungkinkan, meski tak memerinci apa langkah tersebut.

Sebagai bantalan, Blue Bird juga mengeluarkan layanan baru di bidang logistik atau pengiriman barang berbasis aplikasi resmi perseoan yakni MyBlueBird App. Adapun operasionalnya menggunakan armada taksi mereka.

Bisnis Transportasi Terdampak PSBB, Emiten Sulit Prediksi Kerugian

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menyebut musim mudik Lebaran, Natal, dan Tahun Baru merupakan momentum paling penting dan vital bagi bisnis transportasi darat, khususnya angkutan penumpang.

“[Di antara semua itu] Lebaran puncaknya, kalau kelewatan udah susah. Ya sama seperti ritel lah, begitu missed, minimal 30-40 persen [pendapatan tahunan] itu hilang,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (28/4/2020)

Meskipun demikian, Hans tidak menutup harapan industri transportasi darat akan kembali bangkit. Apalagi jika prediksi wabah di Indonesia akan berakhir pada awal Juni mendatang benar-benar terjadi.

Menurutnya, para pengusaha di bidang tersebut masih dapat mengupayakan pendapatan di paruh kedua tahun ini, terutama mengejar momentum liburan akhir tahun. Namun, tak dapat dipungkiri hasilnya kemungkinan besar tak maksimal.

“[Setelah pandemi] mungkin akan bangkit tapi aktivitas bisnis masih akan lambat. Natal dan Tahun Baru bisa nolong, tapi nggak besar. Kinerja hingga akhir tahun cenderung akan turun [dibandingkan tahun sebelumnya,” tutur Hans.

Alih-alih, Hans menyebut akan banyak model bisnis baru yang muncul setelah pandemi mereka, yakni yang lebih banyak mengandalkan komunikasi jarak jauh via koneksi internet, melanjutkan kebiasaan selama pandemi ini.

Maka dari itu, dia memproyeksikan bisnis yang berkaitan dengan layanan daring akan menanjak, termasuk jasa pengiriman barang yang bertugas menjembatani transaksi dari platform belanja daring atau e-commerce.

“Sekarang saja belanja online katanya sudah naik 20 persen, berarti pengiriman pun meningkat. Saya rasa [prospek perusahaan] pengiriman paket kayaknya akan lumayan bagus,” imbuh Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper