Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang pekan ini, sebanyak lima emiten resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) meskipun kondisi pasar cenderung kurang kondusif akibat sentimen penyebaran Covid-19.
Perusahaan tampak masih percaya diri terhadap pasar modal dalam negeri, kendati sentimen penyebaran Covid-19 telah membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) fluktuatif dan sempat anjlok ke level 4.562.
Bahkan, asa mencari dana segar melaui pasar modal pun tidak surut walaupun seremoni pencatatan saham perusahaan ditiadakan secara langsung untuk membatasi penyebaran Covid-19.
Untuk pertama kalinya BEI mencatatkan saham perusahaan secara virtual pada kanal digital BEI, yang dapat dilihat melalui YouTube, pada hari pencatatan perdana saham perusahaan.
Adapun, kelima emiten pendatang baru pada pekan ini adalah PT Karya Bersama Anugerah Tbk. (KBAG), PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk. (SBAT), PT Cipta Selera Murni Tbk. (CSMI), PT Aesler Grup Internasional Tbk (RONY), dan PT Cahaya Bintang Medan Tbk. (CBMF).
Dengan demikian, sepanjang tahun berjalan 2020 sudah terdapat 24 emiten baru yang melantai di bursa.
Baca Juga
Sementara itu, penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) juga masih mendapatkan respon positif dari pasar. Hal tersebut tercermin dari beberapa saham yang mengalami auto reject atas (ARA) pada perdagangan pertamanya.
Saham-saham tersebut yaitu KBAG, CBMF, dan RONY yang langsung melonjak 35 persen pada pembukaan perdagangan pertamanya. Saham CBMF mengalami kenaikan sebesar 35 persen atau 56 poin ke level Rp216 hanya dengan 5 kali frekuensi perdagangan.
Selain itu, SBAT melaporkan oversubscribed pesanan saham sebanyak 1,42 kali dari total penawaran atau 43,13 kali dari porsi pooling dalam periode penawaran umum yang berlangsung pada 1 April 2020—3 April 2020.
Dalam sepekan terakhir pun saham KBAG, SBAT, CBMF, dan RONY berhasil masuk ke dalam daftar 10 saham tercuan pada perdagangan pekan ini, dengan tiap-tiap saham bergerak naik hingga 82,99 persen, 37,17 persen, 35 persen, dan 35 persen.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setya mengatakan tetap tingginya minat IPO karena hal tersebut merupakan jalan bagi calon emiten yang membutuhkan dana untuk mengembangkan usaha mereka.
Selain itu, tambah Nyoman, adanya dukungan kebijakan Otoritas Pasar Modal yang memberikan relaksasi jangka waktu umur Laporan Keuangan & Laporan Penilai dalam rangka Penawaran Umum selama 2 bulan juga membuat para calon emiten tetap optimistis.
“Dan yang tidak kalah pentingnya juga adalah adanya support dari investor pasar modal untuk berpartisipasi di perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana,” ujar Nyoman.
Lebih lanjut, Nyoman mengatakan di tengah kondisi makro yang sangat dinamis seperti saat ini, perlu disyukuri bahwa minat perusahaan untuk melantai di bursa masih tinggi.
“Berdasarkan Ernst & Young Global Report, Indonesia menempati posisi tertinggi dari jumlah yang melakukan IPO di ASEAN sampai dengan saat ini,” imbuhnya.