Bisnis.com, JAKARTA – Faktor kepanikan investor akibat penyebaran COVID-19 atau virus corona tak hanya membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melorot, tetapi juga membuat saham-saham berkapitalisasi jumbo atau big caps jatuh tersungkur.
Sebut saja PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI), dari 10 big caps yang bertengger dalam daftar indeks, harga saham BBNI menjadi yang paling terdampak terhadap volatilitas pasar. Hal ini dikarenakan sepanjang tahun berjalan, laju saham perbankan pelat merah tersebut sudah melorot 51,34 persen per kuartal I/2020.
Jika melihat secara keseluruhan, tidak ada satupun dari emiten yang duduk di jajaran big caps tak terdampak pada penurunan indeks. Namun, menjadi menarik jika melihat apa yang menjadi tantangan dan prospek laju saham big caps ini di tahun 2020.
Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee menilai pendemi COVID-19 atau virus corona tentunya menjadi pemberat laju kinerja fundamental dan pergerakan saham emiten berkapitalisasi besar.
“Kalau bank tekanan besarnya pasti peningkatan NPL (non performing loan). Wacananya adalah penundaan pembayaran pokok dan cicilan, tentunya bank harus hati-hati menjaga likuiditas,” ungkap Hans kepada Bisnis.com.
Meski lebih defensif, tantangan terbesar untuk emiten sektor konsumer adalah dari sisi logistik yang terkendala akibat penurunan aktivitas bisnis. Terlebih lagi, harga bahan baku yang meningkat, khususnya di sektor farmasi juga menjadi penekan kinerja fundamental saham konsumer.
Baca Juga
Di sisi lain, Hans juga mengatakan aktivitas berselancar melalui internet sangat menguntungkan bagi emiten telekomunikasi karena kebijakan work from home. Adapun, ia menilai secara garis besar harga komoditas saat ini tengah tertekan sejalan dengan potensi pelambatan ekonomi global sehingga ia tidak menjagokan emiten komoditas.
“Kalau saya merekomendasikan bank, karena recovery ekonomi memang representatifnya adalah bank. Kita meyakini bank-bank besar kita fundamentalnya cukup baik seperti BMRI, BBRI dan BBCA. BBNI juga bagus, tapi gerakannya lambat,” imbuh Hans.
10 SAHAM PENEKAN IHSG KUARTAL I/2020
Ticker | Perusahaan | Price | Net Chg | % Chg | Points | %Idx Mv |
BBRI | Bank Rakyat Indonesia Persero | 3020 | -1214.8 | -28.69% | -133.056 | -7.56% |
BBCA | Bank Central Asia Tbk PT | 27625 | -5800 | -17.35% | -126.98 | -7.21% |
ASII | Astra International Tbk PT | 3900 | -3025 | -43.68% | -109.843 | -6.24% |
BMRI | Bank Mandiri Persero Tbk PT | 4680 | -2626.03 | -35.94% | -108.821 | -6.18% |
TPIA | Chandra Asri Petrochemical Tbk | 5250 | -5125 | -49.40% | -81.978 | -4.66% |
TLKM | Telekomunikasi Indonesia Perse | 3160 | -810 | -20.40% | -71.972 | -4.09% |
HMSP | Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk | 1425 | -675 | -32.14% | -70.424 | -4.00% |
BBNI | Bank Negara Indonesia Persero | 3820 | -3799.54 | -49.87% | -62.919 | -3.57% |
BRPT | Barito Pacific Tbk PT | 725 | -785 | -51.99% | -62.677 | -3.56% |
UNVR | Unilever Indonesia Tbk PT | 7250 | -1150 | -13.69% | -39.351 | -2.24% |
Berbeda dengan Hans, Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menyebut ekpektasi pasar relatif lebih jauh ketimbang realisasi yang ada. Ia menilai potensi pertumbuhan ekonomi akan selalu terbuka jika pandemi sudah berhasil diatasi.
“Contohnya, meskipun Telkom di kuartal satu kemungkinan akan mencatatkan hasil yang cukup bagus tapi ternyata harga sahamnya juga terkoreksi. Kalau bicara tantangan terbesarnya adalah dari faktor marketnya sendiri,” ujar Alfred.
Menurutnya, setelah angka pasien positif COVID-19 setidaknya berkurang, pergerakan pasar diproyeksikan akan membaik. Dan, pada akhirnya, selisih penurunan kinerja fundamental emiten big caps akan menyesuaikan dengan penurunan harga saham yang sudah terlanjur jatuh pada kuartal I/2020.
Karenanya, Alfred masih menjagokan emiten konsumer mengingat pemerintah pun masih fokus untuk bisa mempertahankan konsumsi masyarakat di tengah wabah seperti saat ini. Sehingga, jika diperbandingkan sektor perbankan dengan barang konsumer, ia menilai emiten konsumer akan lebih kecil terdampak.
“Kalbe Farma kemungkinan untuk produk kesehatan akan diuntungkan pada tahun ini. Kalau di-compare dengan produk Indofood, produknya kebanyakan kebutuhan pokok. Dua-duanya relatif punya fundamental defensif yang cukup bagus. Kalau valuasinya, Indofood jauh lebih murah dibandingkan Kalbe Farma atau Unilever sekalipun,” pungkasnya.
TABEL PERTUMBUHAN LABA BERSIH BIG CAPS 2017 - 2019 (%) | |||
KODE | 2017 | 2018 | 2019 |
BBCA | 13.12 | 10.92 | 10.48 |
BBRI | 10.69 | 11.57 | 6.25 |
UNVR | 9.61 | 30.05 | 18.59 |
BMRI | 49.49 | 21.2 | 9.86 |
ASII | 24.58 | 14.99 | 0.16 |
ICBP | 5.45 | 20.53 | 10.12 |
TPIA (US$ juta) | 6.2 | -42.99 | -87.4 |
GGRM | 16.12 | 0.49 | 39.64 |
BBNI | 20.09 | 10.27 | 2.46 |
INDF | 0.58 | 0.24 | 17.81 |
BRPT (US$ Juta) | -10.32 | -53.16 | -38.9 |
UNTR | 47.99 | 50.29 | 1.68 |
INTP | -51.95 | -38.38 | 60.16 |
SMGR | 55.46 | 89.95 | -23.15 |
HMSP | -0.72 | 6.85 | 1.35 |