Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Bergejolak, Indeks Bisnis 27 Tetap Prospektif

Koreksi indeks Bisnis-27 tercatat paling kecil dibandingkan dengan indeks-indeks lain yang dimiliki oleh BEI, termasuk indeks harga saham gabungan (IHSG)
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (31/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (31/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten perbankan dan konsumer diprediksi akan menjadi penopang kinerja indeks Bisnis 27, yang mencatatkan koreksi paling kecil dibandingkan dengan indeks lainya sepanjang kuartal I/2020.

Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Bisnis-27 terkoreksi 27,25 persen secara year to date (ytd) ke level 403,99 hingga penutupan perdagangan, Selasa (31/3/2020).

Koreksi itu paling kecil dibandingkan dengan indeks-indeks lain yang dimiliki oleh BEI, termasuk indeks harga saham gabungan (IHSG) yang telah ambles 27,95 sepanjang kuartal I/2020.

Indeks Bisnis-27 berisi 27 anggota konstituen yang mewakili seluruh sektor saham di pasar modal Indonesia. Evaluasi anggota indeks itu dilakukan setiap enam bulan sekali atau dua kali dalam setahun.

Penyusunan Indeks Bisnis-27 ini menggunakan metodologi market value weighted index dengan mempertimbangkan asesmen pada aspek fundamental untuk mengukur kinerja perusahaan, teknikal pada data perdagangan secara historis, dan aspek akuntabilitas konstituen yang berdasarkan pada good corporate governance.

Head of Capital Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) menahan koreksi yang dialami oleh indeks Bisnis-27. Menurutnya, ketiga emiten itu menahan koreksi indeks karena fundamental yang dimiliki oleh perseroan.

“Saat ini, investor lebih melihat fundamental masing-masing emiten dibandingkan dengan sektornya,” jelasnya, Rabu (1/4/2020).

Wawan menyebut ICBP dan INDF merupakan produsen barang konsumsi yang memiliki merek kuat di Indonesia. Sementara itu, TLKM mendapatkan keuntungan dari kebijakan work from home (WFH) dalam penanggulangan penyebaran COVID-19.

Adapun, BBCA menurutnya masih dilihat sebagai bank terbaik di Indonesia baik dari sisi teknologi maupun dari banyaknya jumlah transaksi.

Secara prospek dan valuasi, Wawan menyebut anggota indeks Bisnis-27 tetap menarik dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, investor masih menunggu seberapa dalam efek COVID-19 terhadap pendapatan masing-masing emiten.

Secara terpisah, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menilai bahwa indeks Bisnis-27 memiliki komposisi portofolio yang baik. Beberapa emiten sektor konsumer konstituen menurutnya sanggup menahan penurunan sehingga koreksi indeks ini lebih kecil dibandingkan dengan yang lainnya.

Dia menyebut emiten sektor konsumer seperti ICBP, PT Mayora Indah Tbk. (MYOR), dan PT. Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES) menjadi penopang indeks Bisnis-27. Penurunan secara ytd ketiga emiten itu menurutnya menjadi yang paling sedikit.

Kendati demikian, Frankie menyebut prospek ke depan saham perbankan penghuni indeks Bisnis-27 masih menarik. Pasalnya, sektor itu menjadi motor ekonomi.

“Ketika krisis ini berlalu, jasa perbankan akan tetap dibutuhkan dan pada saatnya tentunya akan kembali mencetak pertumbuhan laba,” paparnya.

Dia merekomendasikan investor untuk mencicil beli saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI). Emiten-emiten perbankan menurutnya sudah diperdagangkan di level valuasi yang sangat murah secara historis.

“Jadi, kesempatan diskon seperti ini bisa menjadi kesempatan untuk membeli emiten yang esensial dan dibutuhkan orang banyak ketika harganya murah,” imbuhnya.

Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan BBCA dan TLKM menjadi emiten big caps anggota indeks Bisnis-27 yang mengalami penurunan harga terendah dibandingkan dengan emiten lainnya. Kinerja fundamental kedua emiten itu menurutnya masih sesuai dengan ekspektasi.

Nafan menilai indeks Bisnis-27 masih prospektif. Indeks ini dapat menjadi salah satu pilihan utama bagi para pelaku pasar dan investor untuk meningkatkan kinerja portofolio.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper