Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terguling ke zona merah dan berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (1/4/2020), di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang penyebaran virus corona (Covid-19).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG ditutup di level 4.466,04 dengan penurunan tajam 1,61 persen atau 72,89 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Selasa (31/3/2020), IHSG mampu ditutup di level 4.538,93 dengan lonjakan 2,82 persen atau 124,43 poin.
Sebelum berakhir melemah, indeks sempat memperpanjang penguatannya hingga naik lebih dari 1 persen pada perdagangan Rabu pagi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak fluktuatif di level 4.445,14 – 4.627,42.
Seluruh 10 sektor menetap di wilayah negatif, dipimpin aneka industri (-2,46 persen), infrastruktur (-1,95 persen), dan finansial (-1,72 persen).
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Pollux Properti Indonesia Tbk. (POLL) yang masing-masing melemah 3 persen dan 6,9 persen menjadi penekan utamanya.
Baca Juga
Kepala Riset Mirae Sekuritas Hariyanto Wijaya sebelumnya mengatakan IHSG masih dalam tren melemah. Kondisi itu menurutnya akan bertahan hingga Mei 2020.
“Saya memperkirakan tren melemah IHSG akan terus berlanjut sampai dengan Mei 2020,” ujarnya kepada Bisnis.com. Kondisi ini antara lain dipicu aksi penghindaran risiko oleh investor seiring dengan meningkatnya kasus Covid-19 yang disebabkan virus corona jenis baru.
Mayoritas indeks saham lain di Asia ikut berakhir di zona merah hari ini. Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing ditutup anjlok 3,70 persen dan 4,50 persen.
Sementara itu, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing terkoreksi 0,57 persen dan 0,30 persen, indeks Hang Seng Hong Kong anjlok 2,19 persen, indeks Taiex Taiwan turun 0,46 persen, bahkan indeks Kospi Korea Selatan terperosok 3,94 persen.
Pelemahan juga dialami indeks saham lain di Asia Tenggara, seperti FTSE Straits Times Singapura (-1,7 persen), indeks FTSE KLCI Malaysia (-1,77 persen), dan SET 50 Thailand (-1,52 persen).
Secara keseluruhan, bursa Asia tertekan bersama bursa Eropa dan futures indeks S&P 500 akibat memburuknya data penyebaran Covid-19 di AS dan peringatan yang disampaikan Presiden Donald Trump.
Bursa saham China sampai terpeleset dari penguatan sebelumnya yang didorong oleh rebound PMI (purchasing managers' index) untuk sektor manufaktur China dilaporkan ke wilayah ekspansi.
Data yang dirilis pada Rabu (1/4) oleh Caixin tersebut menunjukkan rebound PMI manufaktur China menjadi 50,1 pada Maret 2020.
Data ini melengkapi laporan resmi pada Selasa (31/3) yang dirilis Biro Statistik Nasional (NBS) China. PMI dilaporkan naik ke angka 52,0 pada Maret 2020 dari rekor terendah 35,7 pada Februari.
“Data Caixin mencakup jangkauan yang jauh lebih luas dari usaha kecil dan menengah ketimbang data resmi, dan fakta bahwa itu tetap berada di atas level 50 adalah beberapa alasan menggembirakan bahwa China tetap di jalur untuk memimpin dunia keluar dari kemerosotan pandemi [Covid-19],” ujar Jeffrey Halley, seorang analis pasar senior di Oanda Asia Pacific Pte.
“[Kendati demikian], ini tidak berarti bahwa dunia telah keluar dari kesulitan,” tambahnya, seperti dilansir dari Bloomberg.
Pada Selasa (31/3), Presiden Amerika Serikat Donald Trump memperingatkan warga Amerika atas datangnya periode yang "menyakitkan" selama dua pekan ke depan seiring dengan meluasnya penyebaran Covid-19 di seantero negeri.
Deborah Birx, pejabat tinggi kesehatan masyarakat yang mengoordinasikan satuan tugas virus corona Gedung Putih mengatakan sebanyak 200.000 warga Amerika diperkirakan akan meninggal dalam wabah Covid-19.
Amerika sedang berjuang untuk membendung kasus Covid-19 dan menghadapi lonjakan angka kematian di di New York City yang kini menembus 1.000 korban jiwa.
“Data ekonomi jelas mulai membaik pada Maret di China setelah data yang sangat lemah pada Januari dan Februari,” ujar Bob Parker, anggota komite investasi di Quilvest Wealth Management, kepada Bloomberg TV.
“Di AS, data tetap cukup mengkhawatirkan dan puncaknya mungkin dicapai beberapa pekan kemudian,” sambungnya.
Saham memulai kuartal II/2020 dengan lebih banyak penurunan. Kondisi ini menarik sebagian investor untuk kembali masuk ke dalam pasar ini. Tapi dengan volatilitas yang meningkat, banyak yang memperkirakan penurunan lebih lanjut.
Di pasar mata uang, nilai tukar rupiah ikut tergelincir ke zona merah dan ditutup melemah 140 poin atau -0,86 persen ke level Rp16.450 per dolar AS, setelah mampu terapresiasi 27 poin dan berakhir di posisi 16.310 pada Selasa (31/3/2020).
“Pergerakan pasar yang ekstrem pada Maret telah menyebabkan outflow yang signifikan dan memukul nilai tukar rupiah secara tidak proporsional,” ujar Wei Liang Chang, ahli strategi makro di DBS Bank Ltd., dikutip dari Bloomberg.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa perekonomian Indonesia akan menghadapi gejolak yang cukup besar akibat dampak Covid-19.
"Pertumbuhan ekonomi kita perkirakan akan turun ke 2,3 persen, dan bahkan yang paling buruk bisa negatif 0,4 persen. Kondisi ini menimbulkan penurunan kegiatan ekonomi dan menekan lembaga keuangan," ujar Sri Mulyani dalam video conference, Rabu (1/4/2020).
Selain itu, nilai tukar rupiah dapat melemah hingga ke level Rp20.000 per dolar AS dalam skenario terburuknya.
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
BBRI | -3,0 |
POLL | -6,9 |
TLKM | -1,9 |
BBCA | -0,8 |
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
ARTO | +24,5 |
BRPT | +2,8 |
ADRO | +3,0 |
STTP | +9,6 |
Sumber: BEI