Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat berakhir di zona merah pada perdagangan Senin (23/3/2020), terbebani minimnya progres soal paket pengeluaran yang dirundingkan oleh Kongres AS untuk mengurangi dampak ekonomi pandemi virus corona (Covid-19).
Di sisi lain, ukuran risiko kredit perusahaan berkurang setelah bank sentral Federal Reserve AS mengumumkan gelombang besar inisiatif kedua untuk mendukung perekonomian Amerika.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 ditutup anjlok 2,93 persen ke level 2.237,40, Dow Jones Industrial Average tersungkur 3,04 persen menjadi 18.591,93, dan Nasdaq Composite berakhir terkoreksi 0,27 persen ke level 6.860,67.
Pergerakan ketiga indeks saham utama di bursa Wall Street AS tersebut ditutup di posisi lebih rendah, walaupun mampu mengikis sebagian pelemahan sebelumnya, setelah para pembuat kebijakan kembali tak mencapai kesepakatan terkait tujuan rencana paket stimulus.
Meski demikian, saham-saham teknologi mampu unggul sehingga membantu Nasdaq terkoreksi tipis ketika negosiasi mengenai RUU stimulus itu berlanjut di Capitol Hill.
Sementara itu, pada Senin (23/3), bank sentral Federal Reserve Amerika Serikat mengumumkan gelombang inisiatif kedua bernilai besar-besaran untuk mendukung perekonomian AS.
Baca Juga
Inisiatif yang dimaksud mencakup pembelian obligasi dalam jumlah tak terbatas guna menjaga biaya pinjaman tetap rendah serta menyiapkan program-program guna memastikan aliran kredit ke perusahaan-perusahaan juga pemerintah negara bagian dan lokal.
The Fed menyebutkan akan membeli obligasi Treasury dan surat berharga berbasis mortgage yang dikeluarkan badan pemerintah (agency mortgage-backed securities/MBS).
Baik obligasi Treasury dan agency MBS akan dibeli dalam jumlah yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran fungsi pasar dan transmisi kebijakan moneter yang efektif ke kondisi keuangan dan ekonomi yang lebih luas.
“The Fed telah benar-benar bersatu untuk melakukan sebanyak mungkin guna memperluas jangkauannya, tetapi saya pikir pada akhirnya, pasar menyadari bahwa hal ini memerlukan respons fiskal,” ujar Nela Richardson, ahli strategi investasi di Edward Jones.
“Setiap kali The Fed mengambil langkah maju yang kuat, ada semacam reaksi, 'Oh tidak, ini lebih buruk daripada yang diperkirakan siapa pun’ di pasar,” tambahnya, seperti dilansir Bloomberg.
Pasar telah terbebani perbedaan antara kubu Demokrat dan Republik di Kongres terkait tujuan rencana paket pengeluaran yang di antaranya mencakup anggaran sebesar US$500 miliar untuk membantu perusahaan termasuk maskapai penerbangan dan pemerintah daerah.
Di sisi lain, Ekonom Morgan Stanley memperingatkan epidemi corona dapat menyebabkan PDB AS menyusut hingga 30 persen pada kuartal II/2020. Pandemi virus corona dikatakan akan menimbulkan resesi yang lebih dalam bagi ekonomi AS daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Sementara itu, Presiden Federal Reserve Bank St. Louis James Bullard mengatakan tingkat pengangguran AS kemungkinan akan mencapai 30 persen pada kuartal II/2020 akibat penutupan bisnis di tengah upaya pencegahan penyebaran virus corona.
"Fiskal jauh lebih penting ketimbang langkah The Fed dalam menstabilkan aset-aset berisiko," tutur Dennis DeBusschere dari Evercore ISI.
Sejalan dengan Wall Street, indeks MSCI Asia Pacific anjlok 3,4 persen dan indeks Stoxx Europe 600 terjungkal 4,3 persen.