Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia mengantongi 1 mandat initial public offering (IPO) perusahaan dengan aset besar dan 2 perusahaan rintisan untuk masuk papan akselerasi.
Direktur Penilai Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna mengatakan dalam waktu dekat akan ada 1 pencatatan jumbo dan 2 pencatatan untuk papan akselerasi. Namun, dia belum ingin mengungkapkan latar belakang ketiga perusahaan tersebut.
“Pada periode ini akan ada 1 pencatatan dengan ukuran yang besar dan tambahan 2 perusahaan perintis di papan akselarasi,” katanya pada Senin (9/3/2020).
Nyoman mengatakan meskipun pasar modal cenderung tidak stabil selama tahun berjalan, pihaknya masih mampu menjaga minat perseroan dan penjamin efek untuk tetap mencatatkan saham. Pasalnya, kata dia, pada hari ini saja terdapat dua IPO sekaligus.
Namun, Nyoman mengakui bila pencatatan mayoritasnya dilakukan oleh perusahaan menengah dan kecil. Menurutnya, perihal ukuran tidak menjadi soal sebab pasar modal terbuka bagi setiap perusahaan. Dia pun berharap ada perusahaan besar yang mau mencatatkan sahamnya.
“Kami tidak berhenti meyakinkan bahwa jangan menunggu besar, tapi jadilah besar di pasar modal. Kami tunggu untuk yang besar mencatatkan saham,” ungkapnya.
Baca Juga
Saat ini terdapat 25 emisi efek saham yang menunggu dalam pipeline. Sejumlah 12 perusahaan di antaranya tergolong berskala besar, karena memiliki aset lebih dari Rp250 miliar.
Adapun, 7 calon emiten medium memiliki aset kurang dari Rp250 miliar dan 6 calon emiten kecili mempunyai aset kurang dari Rp50 miliar.
Terdapat 8 calon emiten yang berasal dari sektor jasa dan pedagangan dan 7 calon yang berasal dari sektor properti dan konstruksi.
Sisanya adalah sektor finasial, sektor infrastruktur, sektor konsumer, dan sektor industri dasar yang masing-masing menyumbang 2 calon. Adapun, sektor industri lainnya dan sektor perkebunan menyumbang masing-masing 1 calon emiten.
Sementara itu, Direktur Jasa Utama Deddy Suganda mengatakan pihaknya sudah mengantongi lima mandat IPO pada tahun ini. Adapun 3 diantaranya sudah melakukan pencatatan di pasar modal yakni PT Cisadane Sawit Raya Tbk. (CSRA), PT Batulicin Nusantara Maritim Tbk. (BESS), dan PT Esta Multi Usaha Tbk. (ESTA).
Sementara itu, sisanya masih dalam pipeline BEI menunggu jadwal pencatatan. Meskipun demian, Deddy tidak terlalu ambil pusing antara volatilitas pasar dengan emisi efek. Pasalnya, kerja sama penjaminan emisi efek sudah dilakukan sejak jauh hari.
“Persiapan kami bukan sekarang tapi sudah dari tahun lalu. Volatililas disebabkan isu virus korona, tapi dengan angka kematian kecil, pasti akan ada pemulihan setelah penyesuaian terlebih dulu,” imbuhnya.