Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok jauh ke kisaran level 5.200 pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Senin (9/3/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di level 5.266,28 dengan penurunan tajam 232,26 poin atau 4,22 persen pada akhir sesi I dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Jumat (6/3/2020), IHSG mengakhiri pergerakannya di level 5.498,54 dengan anjlok 2,48 persen atau 139,59 poin, penurunan hari kedua berturut-turut sejak perdagangan 5 Maret.
Pelemahan indeks mulai berlanjut pada Senin (6/3) pagi dengan dibuka langsung anjlok 2,44 persen atau 133,94 poin di posisi 5.364,6. Sepanjang perdagangan sesi I, IHSG bergerak di level 5.265,26 – 5.364,6.
Seluruh 9 sektor menetap di wilayah negatif pada akhir sesi I, dipimpin pertanian (-6,53 persen), infrastruktur (-5,65 persen), industri dasar (-5,27 persen), dan tambang (-4,59 persen).
Saham emiten perkebunan dan pertambangan berada di antara yang mencatat penurunan terbesar setelah penurunan harga minyak mentah memicu anjloknya harga komoditas yang lain.
Baca Juga
Harga minyak kelapa sawit atau CPO dilaporkan merosot 9 persen seiring dengan anjloknya harga minyak mentah hingga 25 persen.
Sathia Varqa, pemilik Palm Oil Analytics di Singapura, menyampaikan anjloknya harga CPO merupakan dampak langsung dari penurunan harga minyak mentah.
“Dampak langsung penurunan harga CPO berasal dari sentimen eksternal. Penurunan bursa saham dan minyak berimbas ke CPO,” paparnya, dikutip dari Bloomberg.
Dari 682 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 43 saham menguat, 348 saham melemah, dan 291 saham stagnan.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang masing-masing turun 3,79 persen dan 6,55 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG pada akhir sesi I.
Penurunan tajam juga dialami di belahan lain Asia Tenggara, dengan indeks FTSE Straits Times Singapura (-4,39 persen), FTSE KLCI Malaysia (-3,02 persen), dan PSEi Filipina (-5,65 persen).
Di negara lainnya di Asia, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang meluncur 5,59 persen dan 5,67 persen, indeks Taiex Taiwan anjlok 2,39 persen, dan Kospi Korea Selatan terjungkal 4,06 persen.
Adapun, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing merosot 2,41 persen dan 2,76 persen, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong terkulai 3,55 persen pada pukul 12.02 WIB.
Di pasar mata uang dalam negeri, nilai tukar rupiah terpantau melemah 121 poin atau 0,85 persen ke level Rp14.364 per dolar AS siang ini, menuju pelemahan hari ketiga berturut-turut.
Menurut Jonathan Ravelas, kepala strategi pasar di BDO Unibank Inc., meningkatnya jumlah kasus terinfeksi virus corona (Covid-19) baik secara lokal maupun global mendorong pasar ke dalam kondisi bearish.
“Sepertinya kekhawatiran belum memuncak dan sampai kita melihat wabah ini terbendung dan adanya pemulihan kepercayaan [pasar], kita bisa tinggal di teritori bearish untuk sementara waktu. Saat negara-negara menerapkan langkah isolasi, pertumbuhan dapat semakin melambat dan menyeret kinerja laba [perusahaan],” terang Ravelas.
Dikutip dari www.worldometers.info, jumlah korban jiwa akibat Covid-19 mencapai 3.831 orang di seluruh dunia hingga Senin (9/3) siang WIB sejak kasus virus mematikan ini pertama kali mengemuka di Wuhan, China, pada akhir Desember 2019.
Virus ini telah menyebar ke 109 negara di dunia. Secara jumlah kasus, China tetap mencatat angka terbesar dengan 80.738 kasus, disusul Korea Selatan dengan 7.382 kasus, Italia sebanyak 7.375 kasus, dan Iran yang mencatat 6.566 kasus.
Sementara itu, pemerintah Indonesia melaporkan dua kasus tambahan WNI yang positif terpapar virus Corona (Covid-19). Dengan demikian, saat ini Indonesia memiliki 6 orang positif terpapar virus Corona.
Adapun, Filipina, yang bursa sahamnya anjlok lebih dari 5 persen siang ini, mencatat 10 kasus. Presiden Rodrigo Duterte menyatakan keadaan darurat kesehatan masyarakat dan beberapa kota menangguhkan aktivitas belajar mengajar di kelas.
Meski Indonesia dan Filipina melaporkan lebih sedikit kasus virus corona, kekhawatiran akan dampak ekonomi dari wabah ini meningkat ketika epidemi corona telah mencapai ke sekitar separuh dari total jumlah negara-negara dunia.
Menambah sentimen negatif pasar, harga minyak terguling sekitar 30 persen hari ini setelah disintegrasi aliansi OPEC+ memicu perang harga habis-habisan antara Arab Saudi dan Rusia, sehingga mengirimkan gelombang kejutan ke dalam pasar.
“Gangguan apa yang virus itu telah ciptakan dan sejauh mana perlambatan yang akan kita lihat dalam ekonomi global? Jatuhnya harga minyak global akan membuat lebih banyak kepanikan,” tutur Manny Cruz, ahli strategi di Papa Securities, Manila, dilansir dari Bloomberg