Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Amerika Serikat (AS) ditutup melemah sekaligus mengakhiri pekan pertama Maret 2020 penuh gejolak seiring dengan ketakutan investor terhadap perlambatan ekonomi global sebagai dampak dari penyebaran virus corona (covid-19).
Dilansir dari Bloomberg, Sabtu (7/3/2020), indeks S&P turun 1,7 persen pada penutupan perdagangan Jumat (6/3/2020) Waktu New York. Indeks S&P 500 mengakhiri akhir pekan dengan kenaikan 0,6 persen.
Sementara itu, dua indeks utama lainnya, Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Nasdaq Composite Index (CCMP) juga ditutup melemah, masing-masing 0,98 persen dan 1,87 persen. Kendati demikian, dalam sepekan terakhir, DJIA dan CCMP tetap mencatat penguatan masing-masing 1,79 persen dan 0,10 persen.
Koreksi tiga indeks utama di Bursa AS pada perdagangan Jumat (6/3/2020) tak lepas dari kepercayaan investor yang terguncang seiring penyebaran virus corona. Investor semakin cemas karena langkah pemerintahan Trump untuk menopang perekonomian akan gagal.
The Federal Reserve memang telah mengambil tindakan berani dengan memangkas suku bunga acuan. Namun, banyak maskapai penerbangan membatalkan rute-rute dan kegiatan akbar banyak tertunda mengindikasikan wabah virus corona akan menghambat laju perekonomian global.
"Selama kita melihat kasus [virus corona] naik, itu akan mendorong volatilitas di pasar," Shawn Cruz, manajer strategi pedagang di TD Ameritrade, mengatakan melalui telepon.
Baca Juga
"Apa yang Anda lihat hampir merupakan tanggapan terkoordinasi untuk mencoba menangkal sentimen penurunan itu, ketakutan akan seperti apa dampak ekonomi yang sebenarnya akan terjadi," ujarnya seperti dilansir dari Bloomberg.
Sementara itu, upaya bersama dari bank sentral dan pemerintah untuk melunakkan pukulan dari virus mendorong kenaikan di pasar ekuitas awal pekan ini.Investor kembali mengambil risiko dari awal dan menumpuk ke dalam aset paling aman dan paling likuid di dunia. Jumlah kasus coronavirus secara global melampaui 100.000 karena lebih banyak infeksi dilaporkan di Eropa dan Iran.
Pasar sebagian besar mengabaikan laporan pekerjaan terbaru AS, yang menunjukkan kenaikan terbesar dalam hampir dua tahun, karena hanya mencerminkan kondisi sebelum wabah virus mulai menggerogoti rantai pasokan global dan meningkat di seluruh Amerika.