Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil kembali unjuk gigi dan mencatat salah satu kenaikan terbesar di Asia pada akhir perdagangan hari ini, Rabu (4/3/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup di level 5.650,14 dengan lonjakan 2,38 persen atau 131,51 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Selasa (3/3/2020), IHSG menutup pergerakannya di level 5.518,63 dengan penguatan tajam 2,94 persen atau 157,38 poin, mematahkan rentetan koreksi selama tujuh hari beruntun sejak perdagangan 21 Februari.
Penguatan indeks mulai berlanjut dengan dibuka naik 0,10 persen atau 5,47 poin di posisi 5.524,09 pada Rabu (4/3) pagi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 5.516,8 – 5.651,85.
Seluruh 9 sektor berakhir di wilayah positif, dipimpin infrastruktur (+4,02 persen), industri dasar (+3,87 persen), dan finansial (+2,37 persen).
Sementara itu, dari 682 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 291 saham menguat, 125 saham melemah, dan 266 saham stagnan.
Baca Juga
Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. yang masing-masing naik 5,80 persen dan 2,93 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG.
IHSG melonjak setelah para pembuat kebijakan merespons keputusan bank sentral AS Federal Reserve untuk memangkas suku bunga acuan melawan dampak ekonomi akibat wabah virus corona (Covid-19).
The Fed membuat kejutan dengan melancarkan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi kisaran 1 persen - 1,25 persen dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) darurat pada Selasa (3/3/2020) waktu setempat.
Dilansir Bloomberg, Bank Indonesia (BI) menyambut langkah The Fed untuk melakukan pemangkasan darurat suku bunga acuan (Fed Funds Rate/FFR) saat wabah virus corona terus menggoyang pasar dan kepercayaan investor di seluruh dunia.
Namun begitu, BI menyatakan tidak memiliki rencana untuk mengadakan pertemuan darurat pada tahap ini.
“Sejauh ini, kami belum menjadwalkan pertemuan tambahan,” ujar Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti, sembari menyoroti langkah-langkah yang telah diambil oleh BI pada Senin (2/3/2020) untuk mendorong likuiditas.
Secara terpisah, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menegaskan bahwa kebijakan BI diterapkan secara pre-emptive dan berkoordinasi dengan pemerintah.
“Bauran kebijakan akan berlanjut diperkuat dan dikalibrasi sesuai dengan perkembangan risiko dan prospek ke depan,” tutur Dody, seperti dikutip Bloomberg.
Seiring dengan penguatan IHSG, nilai tukar rupiah rebound dan berakhir terapresiasi 170 poin atau 1,19 persen di level Rp14.113 per dolar AS, setelah ditutup terdepresiasi 18 poin di posisi 14.283 pada Selasa (3/3/2020).
Lonjakan yang dicatatkan rupiah membawanya memimpin penguatan mata uang di Asia pada perdagangan hari ini, setelah pemangkasan suku bunga The Fed mendorong sentimen untuk aset-aset berisiko.
“Pemangkasan oleh The Fed akan menguntungkan rupiah dalam jangka pendek, karena perilaku memburu imbal hasil akan menyebabkan masuknya obligasi asing ke dalam Indonesia,” ujar Maximillian Lin, pakar strategi emerging market di NatWest Markets, seperti dikutip dari Bloomberg.
Indeks saham lainnya di Asia mayoritas juga mampu menguat. Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup naik 0,08 persen, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China menguat 0,63 persen dan 0,58 persen, bahkan indeks Kospi Korea Selatan berakhir melonjak 2,24 persen.
Kejutan dari The Fed dibuat ketika bank sentral di seluruh dunia berkomitmen mengambil tindakan demi mengurangi dampak merugikan dari wabah virus corona, yang terus menyebar ke negara-negara selain China dan melumpuhkan aktivitas ekonomi.
Dalam mengumumkan pemangkasan suku bunganya, bank sentral AS tersebut mengatakan fundamental AS "tetap kuat”. Namun, pada saat yang sama The Fed juga memperingatkan risiko yang ditimbulkan virus corona terhadap aktivitas ekonomi.
Langkah itu, yang dilakukan dua pekan sebelum jadwal reguler pertemuan kebijakan The Fed, sempat mendorong bursa Wall Street menguat sebelum kemudian terguling ke zona merah akibat terbebani kekhawatiran para pedagang mengenai prospek ekonomi AS.
Pada perdagangan Selasa (3/3/2020), indeks S&P 500 berakhir anjlok 2,81 persen ke level 3.003,37, indeks Dow Jones Industrial Average turun tajam 2,94 persen ke posisi 25.917,41, dan indeks Nasdaq Composite ditutup merosot 2,99 persen ke level 8.684,09.
“Dengan penurunan suku bunga yang lebih besar dari biasanya tampak menunjukkan para pejabat Fed panik seperti yang dilakukan investor pasar saham pekan lalu,” kata Chris Rupkey, kepala ekonom keuangan untuk MUFG Union Bank.
Kendati demikian, investor Asia tampak mengabaikan penurunan tajam di Wall Street. Terlepas dari penguatan di Asia, pengamat menunjukkan bahwa langkah bank-bank sentral memiliki efek terbatas dan para pemimpin dunia perlu bekerja sama untuk memerangi wabah ini.
“Meski kebijakan moneter yang lebih longgar membantu sentimen pasar, bank-bank sentral tidak boleh bertindak secara terpisah, pemerintah harus mengambil langkah-langkah fiskal yang dirancang tepat waktu dan dirancang dengan baik,” ujar Anna Stupnytska dari Fidelity International, dikutip dari Malay Mail.
“Ini demi mendukung ekonomi yang tidak hanya bergumul melawan virus itu sendiri tetapi juga dari tindakan pencegahan yang, dalam beberapa kasus, telah menghentikan aktivitas,” tambahnya.
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
TLKM | +5,80 |
BBRI | +2,93 |
BBCA | +1,90 |
BMRI | +3,82 |
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
STTP | -17,97 |
AMRT | -3,70 |
INPP | -11,05 |
GGRP | -12,11 |
Sumber: Bloomberg