Bisnis.com, JAKARTA – Saham PGAS turut menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahannya menuju level penutupan terendah dalam sekitar dua pekan pada perdagangan hari ini.
Sebaliknya, nilai tukar rupiah berhasil ditutup terapresiasi tipis terhadap dolar AS meskipun data PMI manufaktur dilaporkan kembali merosot pada Oktober 2019.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Jumat (1/11/2019):
Saham PGAS Kembali Terperosok, IHSG Melemah Hari Kedua
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup melemah 0,34 persen atau 21,13 poin di level 6.207,19. Level penutupan yang dibukukan pada perdagangan Jumat (1/11) adalah yang terendah sejak 21 Oktober.
Sepanjang perdagangan hari ini IHSG bergerak di level 6.193,89 – 6.228,41. Adapun sepanjang pekan ini IHSG tercatat turun 0,7 persen.
Saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) dan PT Astra International Tbk. (ASII) yang masing-masing turun 12,32 persen dan 2,16 persen menjadi penekan utama IHSG pada akhir perdagangan Jumat (1/11).
Dilansir dari Bloomberg, saham PGAS ambrol setelah Presiden Joko Widodo menyerukan tinjauan untuk harga gas lokal pada Jumat (1/11).
Nilai tukar rupiah berhasil terapresiasi tipis 4 poin atau 0,03 persen dan mengakhiri pergerakannya pada Jumat (1/11) di level Rp14.039 per dolar AS, di tengah pelemahan indeks dolar AS.
Indeks dolar AS, yang melacak pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, terpantau melemah 0,104 poin atau 0,11 persen ke posisi 97,248, menuju pelemahan hari kelima berturut-turut.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, stabilitas nilai tukar saat ini lebih terpengaruh oleh kondisi supply dan demand yang terjaga.
Sementara itu, dalam suatu pernyataan, seperti dilansir dari Bloomberg, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menuturkan stabilitas sistem keuangan pada kuartal ketiga tetap terpelihara dengan baik di tengah ketidakpastian global yang tinggi akibat ketegangan perdagangan AS-China.
BI : Nilai Tukar Rupiah Bergerak Relatif Stabil
Bank Indonesia menyatakan nilai tukar rupiah saat ini bergerak relatif stabil dan mekanisme pasar berkembang secara baik tak terpengaruh signifikan atas pelonggaran suku bunga acuan The Fed.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meyakini masih ada ruang penguatan nilai tukar rupiah ke depannya. Hal ini terbukti dari beberapa indikasi berdasarkan inflasi yang terkendali di bawah titik tengah sasaran 3,5% sampai 4,5%.
"Selain itu juga ada prospek ekonomi yang baik, dan juga kredibilitas dan confident terhadap kebijakan-kebijakan yang ada," pungkasnya.
Data Manufaktur China Mengejutkan, Pasar Saham Global Menguat
Pasar saham global serentak menguat saat investor mencermati data manufaktur China yang lebih baik dari perkiraan dan ketidakpastian atas kesepakatan perdagangan Amerika Serikat-China.
Dilansir dari Bloomberg, bursa saham di Jepang mengikis pelemahannya, sedangkan bursa saham di Hong Kong dan China naik setelah indeks manufaktur Caixin secara tak terduga naik.
Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Caixin/Markit untuk Oktober naik menjadi 51,7 pada Oktober dari 51,4 pada September.
Selain mencatat ekspansi untuk bulan ketiga berturut-turut, raihan pada Oktober lebih baik daripada perkiraan para ekonom dalam survei Reuters yang memperkirakan penurunan pertumbuhan menjadi 51,0.
Investor Asing Borong Saham, Bursa Negara Ini Bakal Catat Tahun Terbaik?
Tahun 2019 bisa menjadi tahun keberuntungan bagi Taiwan. Bursa saham negara ini dapat mencetak tahun terbaiknya dalam satu dekade selama investor asing terus memborong saham-saham dalam negeri.
Dipicu oleh meredanya ketegangan perdagangan Amerika Serikat-China, arus masuk dana asing telah membantu mendorong harga aset-aset Taiwan.
Indeks Taiex meningkat 4,9 persen pada Oktober, kenaikan bulanan terbesar sejak 2012. Sementara itu, nilai tukar dolar Taiwan telah menguat ke level yang belum pernah terlihat sejak pertengahan 2018.
Harga emas Comex untuk kontrak Desember 2019 terpantau terkoreksi 2 poin atau 0,13 persen ke level US$1.512,80 per troy ounce pukul 18.57 WIB, setelah mampu naik tajam 1,21 persen dan ditutup di level 1.514,80 pada Kamis (31/10).
Dilansir dari Reuters, harga emas tergelincir setelah rilis data manufaktur yang kuat dari China mendongkrak minat investor untuk aset-aset berisiko.
“Data dari China agak meredakan kekhawatiran atas lanskap global dan pada akhirnya mengurangi minat untuk emas,” terang analis FXTM Lukman Otunuga.
Namun, tambahnya, ketidakpastian perdagangan dan penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS, bagaimanapun, akan terus mendukung emas dalam jangka menengah hingga panjang.
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta terpantau meningkat Rp9.000 menjadi Rp764.000 per gram. Adapun harga pembelian kembali atau buyback emas bertambah Rp10.000 menjadi Rp684.000 per gram.