Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham PGAS Kembali Terperosok, IHSG Melemah Hari Kedua

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan berakhir melemah pada perdagangan Jumat (1/11/2019) yang merupakan pelemahan hari kedua berturut-turut. Saham PGAS tercatat sebagai penekan utama.
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan berada di depan papan elektronik yang menampilkan harga saham di Jakarta, Senin (22/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan berakhir melemah pada perdagangan Jumat (1/11/2019) yang merupakan pelemahan hari kedua berturut-turut. Saham PGAS tercatat sebagai penekan utama.

Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG ditutup melemah 0,34 persen atau 21,13 poin di level 6.207,19 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Kamis (31/10) IHSG mengakhiri pergerakannya di level 6.228,32 dengan koreksi tajam 1,07 persen atau 67,43 poin.

Pada Jumat, pelemahan indeks mulai berlanjut ketika dibuka turun tipis 0,04 persen atau 2,5 poin di posisi 6.225,81 di sesi pagi.

Sepanjang perdagangan hari ini IHSG bergerak di level 6.193,89 – 6.228,41.

Sementara sepanjang pekan ini IHSG tercatat turun 0,7 persen.

Level penutupan yang dibukukan pada perdagangan Jumat (1/11) adalah yang terendah sejak 21 Oktober.

Tujuh dari sembilan sektor berakhir di zona merah, dipimpin aneka industri (-1,87 persen) dan tambang (-1,80 persen). Adapun sektor industri dasar dan finansial masing-masing naik 1,35 persen dan 0,33 persen.

Dari 659 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 135 saham menguat, 299 saham melemah, dan 225 saham stagnan.

Saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. (PGAS) dan PT Astra International Tbk. (ASII) yang masing-masing turun 12,32 persen dan 2,16 persen menjadi penekan utama IHSG pada akhir perdagangan.

Dilansir dari Bloomberg, saham PGAS ambrol setelah Presiden Joko Widodo menyerukan tinjauan untuk harga gas lokal pada Jumat (1/11).

Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif untuk mencari akar penyebab tingginya harga gas dan menghitung komponen harga gas bagi kebutuhan industri.

Pada perdagangan Kamis (31/10/2019), harga saham PGAS juga terperosok ke zona merah sebesar 13,52 persen sekaligus turut menjadi penekan utama pelemahan IHSG.

Senior Vice President Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial mengatakan pergerakan saham PGAS pada Kamis merupakan respons pasar atas polemik harga gas industri setelah Kementerian ESDM menutup peluang rencana PGAS untuk menaikkan harga per 1 November 2019.

Menurut Janson keputusan tersebut membuat saham PGAS mengalami volatilitas. Pasalnya, intervensi pemerintah membuat ketidakpastian di kalangan investor.

“Jadi kebijakan sewaktu-waktu bisa berubah dan cenderung diintervensi, karena kan revenue dari PGAS tergantung volume dan harga,” terang Janson kepada Bisnis.

Kondisi tersebut membuat investor ragu untuk berinvestasi di saham PGAS. Alasannya, kata Janson, investor sulit untuk memprediksi kinerja perseroan ke depannya. Terlebih keputusan-keputusan yang berkaitan dengan harga jual gas sangat berpengaruh untuk perusahaan.

Turut membebani pergerakan IHSG, investor asing terus mencatatkan aksi jual bersih (net sell) pada perdagangan hari kelima berturut-turut. Net sell asing yang dibukukan pada Jumat (1/11) mencapai senilai Rp215,3 miliar, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia.

Meski demikian, nilai tukar rupiah berhasil terapresiasi tipis 4 poin atau 0,03 persen dan mengakhiri pergerakannya pada Jumat (1/11) di level Rp14.039 per dolar AS. Pada Kamis (31/10), rupiah ditutup melemah 12 poin di posisi 14.043.

Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia dilaporkan kembali merosot pada Oktober 2019. IHS Markit mencatat PMI Manufaktur Indonesia menurun ke 47,7 dari 49,l pada September 2019.

Data terbaru ini menunjukkan bahwa tren buruk kinerja sektor manufaktur terus berlanjut dimana pada kuartal III/2019 rata-rata PMI Manufaktur Indonesia tercatat pada angka 49,2 atau yang terendah sejak 2016.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi inflasi sebesar 0,02 persen pada Okober 2019 dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 138,40.

Adapun tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Oktober) 2019 sebesar 2,22 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2019 terhadap Oktober 2018) sebesar 3,13 persen.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan inflasi Oktober sebesar 3,13 persen (yoy) ini berasal dari beberapa komoditas pangan, misalnya daging ayam ras.

“Inflasi rendah dan terkendali ini mendukung terjaganya daya beli masyarakat," ujar Perry di Kompleks Bank Indonesia, Jumat (1/11/2019). Dia juga menyatakan dengan pencatatan inflasi ini, selain daya beli terjaga maka harga juga relatif terkendali.

Terkait nilai tukar rupiah, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, stabilitas nilai tukar saat ini lebih terpengaruh oleh kondisi supply dan demand yang terjaga.

"Jadi tidak ada pengaruh pengaruh yang signifikan mengenai apa yang terjadi di global termasuk juga penurunan suku bunga The Fed," ungkap Perry.

Berbanding terbalik dengan IHSG, indeks saham lain di Asia mayoritas mampu berakhir di zona positif, di antaranya indeks Hang Seng Hong Kong (+0,72 persen) dan indeks Kospi Korea Selatan (+0,80 persen).

Di China, dua indeks saham utamanya, Shanghai Composite dan CSI 300 bahkan berakhir naik tajam 0,99 persen dan 1,69 persen masing-masing.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Caixin/Markit untuk Oktober dilaporkan naik menjadi 51,7 pada Oktober dari 51,4 pada September.

Selain mencatat ekspansi untuk bulan ketiga berturut-turut, raihan pada Oktober lebih baik daripada perkiraan para ekonom dalam survei Reuters yang memperkirakan penurunan pertumbuhan menjadi 51,0.

Hasil yang lebih baik daripada ekspektasi ini berbanding terbalik dengan data PMI manufaktur resmi yang dirilis pada Kamis (31/10/2019). Aktivitas manufaktur China dilaporkan menyusut untuk bulan keenam beruntun pada Oktober.

“Jika peningkatan permintaan, termasuk yang dihasilkan oleh proyek infrastruktur dan ekspor, dapat berlanjut, sektor manufaktur secara bertahap dapat membangun fondasi untuk stabilitas,” tutur Zhengsheng Zhong, Direktur analisi makroekonomi di CEBM Group, dikutip dari Reuters.

Saham-saham penekan IHSG:

 Kode

Penurunan (persen)

PGAS

-12,32

ASII

-2,16

GGRM

-4,37

BBRI

-0,71

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

Kenaikan (persen)

SMMA

+20,00

CPIN

+8,73

BBCA

+0,56

INTP

+2,63

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper