Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah bergerak sideways dan ditutup terdepresiasi pada perdagangan Selasa (29/10/2019), seiring dengan penantian pasar atas pertemuan kebijakan moneter The Fed pada akhir bulan ini.
Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan pasar cenderung wait and see, menanti kejelasan kebijakan pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed dalam pertemuan pada 30 Oktober 2019.
“Secara overall, pasar akan wait and see, dari dalam domestik juga tidak ada sentimen signifikan yang bisa memicu pergerakan rupiah,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (29/10).
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Selasa (29/10), rupiah berada di level Rp14.035 per dolar AS setelah melemah tipis 0,05 persen atau 8 poin.
Pada perdagangan Rabu (30/10), rupiah diperkirakan hanya bergerak terbatas meskipun terdapat data ekonomi AS yang mempengaruhi pergerakan dolar AS. Hal tersebut dikarenakan investor cenderung tidak berani mengambil posisi besar sebelum pertemuan bank sentral AS.
Adapun The Fed diprediksi kembali memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) ke level 1,75 persen, melanjutkan siklus pelonggaran kebijakan moneternya, yang telah memangkas suku bunga acuannya sebanyak dua kali dalam tahun ini.
Baca Juga
Faisyal menuturkan selain menanti keputusan pemangkasan suku bunga, pasar juga menanti komentar Gubernur The Fed Jerome Powell untuk mengetahui lebih lanjut proyeksi kebijakan moneternya ke depan.
“Kalau The Fed mengatakan akan kembali melanjutkan siklus pelonggarannya yang dilakukan bersamaan dengan pemangkasan suku bunga acuan, rupiah berpotensi menguat. Namun, jika sebaliknya, rupiah berpotensi melemah tajam,” paparnya.
Faisyal memproyeksi rupiah bergerak di kisaran Rp13.980-Rp14.070 per dolar pada perdagangan Rabu (30/10).
Sementara itu, Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menuturkan sentimen lain yang membatasi pelemahan rupiah adalah optimisme hubungan dagang antara AS dan China yang juga membayangi penguatan dolar AS.
Kedua negara tersebut makin dekat untuk mencapai sebuah kesepakatan dagang yang telah dinanti sejak satu tahun lalu, walaupun hanya merupakan kesepakatan parsial.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat 0,14 persen menjadi 97,9.
“Namun, dalam perdagangan besok [Rabu (30/10)], rupiah kemungkinan melemah tipis di level Rp14.010-Rp14.040 per dolar AS,” sebutnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Selasa (29/10).