Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten pertambangan PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) berencana merevisi harga acuan sejalan dengan laju batu bara yang kian melandai.
Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan perseroan akan merevisi harga acuan yang ada di sekitar US$54-US$56 per metrik ton pada 2019 dan US$59 per metrik ton pada 2018.
"Kami berniat untuk merevisinya pada bulan depan, tapi tergantung kondisi pasar dan quality mix of sales," katanya kepada Bisnis pada Kamis (12/9/2019).
Srivastava menambahkan revisi harga akan menyesuaikan dengan harga acuan pemerintah dan harga beli dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Seperti diketahui, Kementerian ESDM menetapkan harga acuan batu bara (HBA) September 2019 di level US$65,79 per metrik ton atau turun 9,47% dari HBA Agustus 2019.
Menurut Srivastava, perseroan juga akan memaksimalkan pasar ekspor yang kontribusinya saat ini masih 25% dari total pendapatan. Mayoritas atau sekitar 75% produk batu bara BUMI diserap PLN.
"Tidak akan ada revisi untuk target tahunan kami. Sejauh ini, target volume produksi masih di kisaran 87 juta - 90 juta ton, naik dibandingkan tahun lalu 83 juta ton," ungkapnya.
Baca Juga
Target volume produksi itu berasal dari PT Kaltim Prima Coal (KPC) 60 juta ton dan PT Arutmin Indonesia (AI) 28 juta ton hingga 30 juta ton.
Selain itu, pada paruh pertama tahun ini BUMI mencatatkan kinerja yang kurang moncer. Pasalnya, berdasarkan laporan keuangan semester I/2019, emiten berkode saham BUMI itu membukukan pendapatan US$481,35 juta. Pencapaian itu turun 14,15% dari US$560,72 juta pada semester I/2018.
Dari situ, BUMI mengantongi laba bersih US$80,67 juta pada semester I/2019. Realisasi tergerus 46,78% dari US$151,72 juta periode yang sama tahun lalu.