Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten pertambangan PT Bukit Asam Tbk. menyatakan harga baru bara acuan (HBA) yang terus turun berisiko menekan pendapatan perseroan pada kuartal III/2019.
Sekretaris Perusahaan Bukit Asam Suherman mengatakan keputusan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk menurunkan harga batu bara acuan (HBA) September 2019 ke level US$65,79 per metrik ton dari level US$70 per metrik ton dapat memengaruhi pendapatan.
"Tentunya iya ada penurunan khususnya revenue," katanya kepada Bisnis pada Kamis (12/9/2019).
Suherman mengatakan untuk sementara ini belum mengetahui angka pasti koreksi pendapatan mungkin dapat terjadi. Menurutnya, semua harus dihitung oleh akuntan berdasarkan data penjualan serta kontrak-kontrak mana saja yang terdampak.
Sebagian komitmen pembelian sudah memiliki kontrak tetap. Suherman mengatakan klien yang telah memiliki kontrak tetap sejauh ini belum meminta renegosiasi kontrak harga batu bara.
Emiten berkode saham PTBA itu belum akan melakukan revisi target pendapatan sampai dengan akhir tahun.
Dalam rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) 2019 PTBA akan membidik volume penjualan 27,26 juta ton dan volume produksi 28,38 juta ton tahun ini.
Adapun produksi emas hitam perseroan hampir mencapai 13 juta ton pada Januari 2019—Juni 2019. Jumlah itu naik 14% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Dari sisi penjualan, perseroan merealisasikan sekitar 13,4 juta ton per akhir Juni 2019. Pencapaian tersebut tumbuh 10% dari periode semester I/2018.
Sementara itu, dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Suherman mengatakan perseroan akan berhenti melakukan kegiatan eksplorasi sampai dengan Maret 2020.
"Kami menyatakan sampai dengan 6 bulan ke depan, perseroan tidak akan melakukan aktivitas eksplorasi untuk penambahan sumber daya di luar area yang telah mendapatkan izin eksploitasi," tulisnya.