Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak jatuh pada Rabu (14/8/2019) karena data ekonomi China mengecewakan dan peningkatan persediaan minyak Amerika Serikat. Kedua kabar tersebut memadamkan sentimen positif sebelumnya terkait meredanya tensi perang dagang AS dan China.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 13:20 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman September 2019 melemah 1,07% atau 0,61 poin ke posisi US$56,49 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah Brent melemah 0,77% atau 0,47 poin ke posisi US$60,83 per barel.
Baru-baru ini China melaporkan serangkaian data ekonomi Juli yang lemah, termasuk kejutan jatuhnya pertumbuhan produksi industri ke level terendah dalam 17 tahun terakhir. Hal tersebut menggarisbawahi perluasan perlambatan ekonomi, saat perang dagang China dengan AS meningkat.
Margaret Yang, analis pasar di CMC Markets mengatakan, situasi pertumbuhan industri dan belanja konsumen China yang memburuk memperlihatkan gambaran fundamental tidaklah bagus.
“Bagi sektor energi hal tersebut kemungkinan menjadi tekanan,” katanya seperti dikutip dari Reuters, Rabu (14/8/2019).
Harga acuan minyak dunia sempat menguat pada Selasa (13/8/2019) setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump membatalkan batas waktu sanksi tarif 10% untuk beberapa produk yang mempengaruhi sekitar setengah dari daftar target US$300 miliar barang-barang China.
Baca Juga
"Pasar mungkin akan segera turun ke bumi dan menghadapi kenyataan dunia dengan kenaikan tarif perdagangan, pertumbuhan yang lebih lambat, dan inkonsistensi kebijakan,” kata Jeffrey Halley, analis senior di OANDA.
Pasar telah terpukul dalam beberapa pekan terakhir di tengah pembicaraan keras dari Trump tentang perdagangan.
Kementerian perdagangan China mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Selasa (13/8/2019), bahwa pejabat perdagangan AS dan China berbicara di telepon dan setuju untuk berbicara lagi dalam dua pekan.
Data dari kelompok industri American Petroleum Institute (API) menunjukkan stok minyak mentah AS secara tak terduga naik minggu lalu.
Persediaan minyak mentah meningkat 3,7 juta barel menjadi 443 juta, dibandingkan dengan ekspektasi analis untuk penurunan 2,8 juta barel.