Bisnis.com, JAKARTA – Arab Saudi diperkirakan tak akan mentolerir berlanjutnya pelemahan harga. Negara kaya minyak itu pun berencana mengumpulkan para produsen minyak membahasnya.
Dilansir dari Bloomberg, Kamis (8/8/2019), seorang pejabat dari kerajaan yang enggan disebutkan namanya mengatakan, pada Rabu (7/8/2019).
Pernyataan tersebut muncul setelah kenaikan stok minyak AS secara mengejutkan, kenaikan pertama dalam 8 pekan sehingga menekan harga minyak kemarin.
Pada hari ini, Kamis (8/8/2019), akibat pernyataan Saudi itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melonjak 3,2%, usai terjun 4,7% sehari sebelumnya. WTI rebound, saat Saudi mencari opsi menghentikan kemerosotan harga.
Helima Croft, kepala komoditas strategist di RBC Capital Markets, pertemuan yang direncanakan di Abu Dhabi pada 9 September mendatang, akan menjadi penting bagi para pemimpin kelompok OPEC+. Terutama Saudi dan Rusia untuk mengisyaratkan niat terhadap produksi di tengah jatuhnya harga minyak.
“Ini merupakan minggu yang tepat bagi mereka. Saya tidak berpikir kalau orang-orang ini akan berpuas diri. Saya membayangkan bahwa sekretaris Jenderal [OPEC] Mohammed Barkindo sedang berbicara dengan Khalid Al-Falih dan Alexander Novak sekarang. Saya bisa membayangkan dialognya sangat garang,” katanya dikutip dari Bloomberg, Kamis (8/8/2019).
Baca Juga
Harga minyak telah tersapu dalam krisis pasar global karena sengketa dagang AS dan China memburuk. Situasi tersebut memunculkan ketakutan terhadap perang mata uang. Memburuknya situasi ekonomi mendorong penurunan suku buka pada pekan ini di Selandia Baru, India, dan Thailand, di tengah kekhawatiran resesi.