Bisnis.com, JAKARTA – Pascapenangkapan kapal tanker Inggris oleh Iran pada pekan lalu, yang membuat tensi di Timur Tengah meningkat, harga minyak kembali memanas pada Senin (22/7/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate menguat 0,58 persen atau 0,32 poin ke posisi US$55,95 per barel, sedangkan harga minyak mentah Brent menguat 1,02 persen atau 0,64 poin ke posisi US$63,11 per barel.
Namun, dikutip dari Reuters, sepanjang pekan lalu harga minyak WTI telah jatuh 7 persen, sedangkan Brent turun lebih dari 6 persen.
Edward Moya, analis senior di OANDA New York mengatakan kejatuhan permintaan global dan meningkatnya stok minyak AS telah membuat harga minyak bearish.
“Tetapi, sentimen tersebut bukan yang terakhir karena ketegangan tetap tinggi di Teluk Persia [mendorong harga minyak menguat],” ujarnya.
Pasukan Garda Revolusi Iran dikabarkan telah menangkap kapal tanker berbendera Inggris di Teluk, setelah negara tersebut menangkap kapal Iran pada awal bulan ini. Hal itu meningkatkan ketegangan di sepanjang jalur laut penting pengiriman minyak tersebut.
Baca Juga
Inggris telah menimbang langkah selanjutnya dengan beberapa opsi pada Minggu (21/7), menyikapi rekaman yang menunjukkan bahwa militer Iran menentang kapal perang Inggris ketika merebut dan menaiki kapal tanker milik Inggris lainnya.
Kantor Perdana Menteri (PM) Theresa May menyampaikan dia akan memimpin pertemuan komite tanggap darurat Inggris untuk membahas krisis tersebut pada Senin (22/7) pagi.
Sementara itu, pada Jumat (19/7), seorang pejabat senior Pemerintah AS menyatakan bahwa AS akan menghancurkan pesawat tanpa awak (drone) Iran yang terbang terlalu dekat dengan kapal mereka.
Sehari sebelumnya, AS mengumumkan salah satu kapal angkatan lautnya telah menghancurkan pesawat tanpa awak Iran di Selat Hormuz setelah pesawat mengancam kapal itu. Namun, Iran mengaku tidak memiliki informasi tentang kehilangan sebuah pesawat tanpa awak.
Adapun Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional (International Energy Association/IEA) Fatih Birol, pekan lalu, menyatakan pihaknya tidak memperkirakan harga minyak naik secara signifikan karena permintaan melambat dan ada kelebihan pasokan di pasar minyak mentah global.
“IEA mengurangi perkiraan pertumbuhan permintaan minyak 2019 menjadi 1,1 juta barel per hari dari 1,2 juta barel per hari karena ekonomi global yang melambat,” ungkapnya.