Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ringkasan Perdagangan 12 Juli: IHSG Selip, Rupiah Jawara Asia

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir dari level 6.400 menjelang akhir pekan ini. Namun rupiah mampu membuat prestasi menjadi yang terkuat di antara mata uang Asia.
Pengunjung beraktivitas di dekat papan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/7/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Pengunjung beraktivitas di dekat papan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/7/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir dari level 6.400 menjelang akhir pekan ini. Namun rupiah mampu membuat prestasi menjadi yang terkuat di antara mata uang Asia.

Sementara itu, pasar saham global bergerak variatif di antara prospek pemangkasan suku bunga dan kekhawatiran seputar hubungan dagangan Amerika Serikat-China.

Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com hari ini, Jumat (12/7/2019):

IHSG Ditutup Tergelincir dari Level 6.400

IHSG berakhir melemah 0,68 persen atau 43,72 poin di level 6.373,34 dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Kamis (11/7), indeks masih mampu naik 0,1 persen atau 6,38 poin dan berakhir di posisi 6.417,07, reli hari ketiga.

Tujuh dari sembilan sektor berakhir melemah, dipimpin infrastruktur (-1,67 persen) dan barang konsumsi (-1,57 persen). Adapun sektor perdagangan naik 0,33 persen dan finansial stagnan.

Dari 651 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 150 saham menguat, 268 saham melemah, dan 233 saham stagnan.

Saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang masing-masing turun 2,88 persen dan 2,11 persen menjadi penekan utama pergerakan IHSG.

Trump Komentari China, Pasar Saham Global Labil

Pasar saham global bergerak fluktuatif dalam rentang di tengah ketidakpastian geopolitik dan prospek ekonomi global.

Reli aset-aset berisiko memang mendapat dorongan baru dari komentar dovish Gubernur The Fed Jerome Powell pada Rabu (10/7) yang mengangkat prospek pemangkasan suku bunga.

Namun, komentar Presiden AS Donald Trump melalui Twitter soal China menyebabkan pasar modal global berfluktuasi. Ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap perkembangan terkait perdagangan.

Sementara itu, kontraksi tak terduga dalam PDB Singapura memberi peringatan baru kepada ekonomi dunia tentang dampak dari ketegangan perdagangan.

Sentimen The Fed Antarkan Rupiah Menguat ke Level Rp14.008

Nilai tukar rupiah berakhir menguat 59 poin atau 0,42 persen di level Rp14.008 per dolar AS, seiring dengan melemahnya dolar AS. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level 14.008-14.090.

Pada saat yang sama, indeks dolar AS lanjut melemah 0,109 poin atau 0,11 persen ke posisi 96,941, menuju penurunan hari ketiga berturut-turut.

Penguatan yang dibukukan rupiah membawanya menjadi yang terkuat di Asia hari ini, disusul peso Filipina yang berakhir menguat 0,32 persen terhadap dolar AS.

Pergerakan Harga Emas

Harga emas Comex untuk kontrak Agustus 2019 terpantau lanjut naik 3,70 poin atau 0,26 persen ke level US$1.410,40 per troy ounce pukul 18.37 WIB, seiring dengan pelemahan dolar AS yang mengangkat prospek permintaan aset ini.

Dolar AS tampaknya masih merespons isyarat Gubernur bank sentral Federal Reserve AS Jerome Powell yang siap memangkas suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam satu dekade di tengah perlambatan ekonomi global.

Sebaliknya di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta melorot sebesar Rp10.000 menjadi Rp701.000 per gram. Adapun harga pembelian kembali atau buyback emas Antam turun Rp10.000 menjadi Rp630.000 per gram.

Harga Karet Turun Lebih dari 1 Persen

Harga karet di Tokyo dan Shanghai kembali tertekan dan melemah pada akhir perdagangan hari ini, di tengah tumbuhnya kekhawatiran soal prospek permintaan dan suplai berlimpah.

Menurut Kazuhiko Saito, seorang analis di broker Fujitomi, para pedagang tidak terburu-buru untuk melakukan pembelian karena ekspektasi bahwa harga karet dapat menurun lanjut akibat suplai yang berlimpah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper