Bisnis.com, JAKARTA--Emiten properti, PT Hanson International Tbk. memproyeksikan memiliki total landbank seluas 6.000 hingga akhir tahun ini.
Dessy A. Putri, Head of PR & Communication PT Hanson International Tbk. menuturkan, sepanjang tahun ini, penambahan landbank sebanyak 200 ha. Dengan demikian, total landbank yang dimiliki mencapai 4.900 ha.
"Kami membeli tanah dicicil-cicil. Momentum Ramadan adalah saat yang tepat untuk beli tanah, karena banyak masyarakat yang menjual untuk kebutuhan Lebaran. Target tahun ini bisa menjadi 6.000 ha," ungkapnya akhir pekan silam.
Adapun alokasi belanja modal untuk pembelian lahan sepanjang tahun ini paling sedikit Rp500 miliar. Aksi akuisisi lahan ini sejalan dengan rencana pembangunan Grand Jakarta.
Aksi akuisisi lahan tersebut akan berada di sekitar area KRL mulai dari Serpong hingga Rangkasbitung. Dessy menambahkan, saat ini emiten bersandi saham MYRX telah memiliki kota tematik dan berencana membangun 4 kota baru yang termasuk bagian dari Grand Jakarta.
Dia menyebutkan, dua kota yang dibangun antara lain Kota Pendidikan dan Kota Syariah. Untuk Kota Pendidikan, MYRX bakal belajar dari Depok dan untuk Kota Syriah akan menggandeng beberapa komunitas Islam untuk membangun nuansa islami di kota yang direncanakan perseroan.
Untuk memuluskan pembangunan Grand Jakarta, maka MYRX kini masih menanti izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait rencana right issue. Dessy menuturkan, dari 5 investor yang menyambangi perseroan, terdapat 3 investor asal Asia Timur yang cukup rutin melakukan komunikasi dengan perseroan.
Sebagai informasi, nilai pendapatan bersih emiten bersandi saham MYRX mencapai Rp1,21 triliun pada 2018, naik 36,8% dari posisi Rp885,13 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kontribusi pendapatan bersih MYRX paling besar berasal dari tanah, rumah tinggal dan ruko masing-masing senilai Rp972,75 miliar, Rp236,34 miliar dan Rp2 miliar.
Adapun laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2018 senilai Rp97,05 miliar. Pada 2018, MYRX berhasil mengubah rugi senilai Rp122,66 miliar menjadi laba.
Hingga 2018, perseroan yang dimiliki perseron mencapai Rp675,54 miliar, naik 40,2% dari posisi Rp418,56 miliar pada 2017.
Persediaan itu terdiri dari tanah dalam pengembangan senilai Rp532,01 miliar, persediaan dalam proses-KSO senilai Rp94,54 miliar dan persediaan dalam proses rumah tinggal dan ruko senilai Rp48,98 miliar.