Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bangkit dari level penutupan terendahnya dalam empat bulan terakhir seiring dengan rebound nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Investor asing pun kembali memburu saham nasional dan membukukan aksi beli bersih (net buy) pada perdagangan hari ini, mematahkan rangkaian net sell tiga hari beruntun sebelumnya.
Sementara itu, pasar saham global bergerak lebih stabil setelah sempat digoyang ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menaikkan tarif terhadap barang-barang asal China pada Jumat (10/5).
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com hari ini, Selasa (7/5/2019):
TLKM dan BMRI Dorong IHSG Hentikan Koreksi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses membukukan rebound dan berakhir menguat pada perdagangan hari ini, setelah tertekan di zona merah tiga hari beruntun sebelumnya.
Tujuh dari sembilan sektor berakhir di wilayah positif, dipimpin industri dasar (+1,87 persen) dan aneka industri (+1,24 persen). Adapun sektor tambang dan pertanian masing-masing ditutup turun 0,70 persen dan 0,15 persen.
Dari 631 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 237 saham menguat, 159 saham melemah, dan 235 saham stagnan.
Rupiah Berhasil Ditutup di Zona Hijau, Terkuat Ketiga di Asia
Rupiah berhasil ditutup menguat, menjadi terkuat ketiga dalam klasemen mata uang Asia hari ini di tengah ketegangan geopolitik AS dan China.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa saat ini investor kembali percaya diri dengan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih lambat pada kuartal I/2019, hanya naik 5,07% secara year on year.
Meski pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan konsensus pasar sebesar 5,19 persen, pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai masih cenderung solid karena tetap berada di atas level 5 persen.
IHSG Rebound, Investor Asing Borong Bersih Saham
Rangkaian aksi jual bersih (net sell) oleh investor asing akhirnya terpatahkan pada perdagangan hari ini. Investor asing membukukan aksi beli bersih atau net buy senilai sekitar Rp536,76 miliar
Total nilai transaksi yang terjadi di lantai bursa hari ini mencapai sekitar Rp8,49 triliun dengan volume perdagangan tercatat sekitar 14,54 miliar lembar saham.
Pasar Saham Global Stabil Usai Terpukul Ocehan Trump
Bursa saham Eropa mengawali perdagangan hari ini dengan lebih tenang setelah ancaman Trump untuk menaikkan tarif terhadap barang-barang asal China memicu aksi jual terbesar sejak Maret di pasar ekuitas Eropa pada perdagangan Senin (6/5).
Indeks MSCI dan bursa Asia pun mampu bertahan di posisi sebelumnya, meskipun indeks Nikkei Jepang melorot 1,5 persen setelah ditutup selama lebih dari sepekan karena liburan Golden Week.
Sebagian investor masih berharap ancaman tarif itu lebih merupakan taktik negosiasi, terutama setelah pemerintah China mengkonfirmasikan bahwa negosiator utamanya, Wakil Perdana Menteri Liu He, akan pergi ke Washington pada Kamis dan Jumat pekan ini sesuai rencana.
Harga emas Comex untuk kontrak Juni 2019 turun 3,50 poin atau 0,27 persen ke level US$1.280,30 per troy ounce pukul 19.32 WIB, tergelincir dari rally yang mampu dibukukan sebelumnya. Sepanjang perdagangan hari ini, harga emas Comex bergerak di kisaran US$1.279,10-US$1.284,90 per troy ounce.
Kepala Strategi Perdagangan dan Pasar SPI Asset Management Stephen Innes mengatakan bahwa katalis penting bagi emas pekan ini adalah eskalasi pada sengketa perdagangan AS dan China yang kembali menegang. Meski demikian, emas masih cukup sulit untuk menembus level resistance pada level US$1.285 per troy ounce.
Di sisi lain, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta naik Rp1.000 menjadi Rp665.000 per gram, sedangkan harga pembelian kembali atau buyback emas Antam naik Rp2.000 menjadi Rp590.000 per gram.
Harga Karet di Jepang Naik Pascalibur Golden Week
Harga karet di bursa Tocom Jepang berhasil rebound dan ditutup menguat pada perdagangan hari ini, seiring dengan berlanjutnya penguatan harga karet di Shanghai Futures Exchange.
“Pelemahan nilai tukar yuan dan spekulasi bahwa otoritas bea cukai China telah meningkatkan pemeriksaan pajak dan kualitas atas impor karet memberi dukungan pada kontrak karet,” ujar Takaki Shigemoto, analis di JSC, periset di Tokyo.