Bisnis.com, JAKARTA — Dana kelolaan atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) industri reksa dana terus merosot pada akhir April 2019 atau penurunan untuk kedua kalinya berturut-turut sejak Februari 2019.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), asset under management (AUM) reksa dana per 30 April 2019 tercatat senilai Rp511,59 triliun, atau turun 0,77% dari perolehan pada Maret sebesar Rp515,61 triliun. Penurunan dana kelolaan reksa dana ini merupakan yang kedua kalinya sejak awal tahun.
Rudiyanto, Direktur Panin Asset Management, menilaii kemungkinan penurunan dana kelolaan reksa dana tersebut disebabkan oleh adanya penurunan portofolio dari jenis reksa dana.
Selain itu, lanjut Rudi, dana kelolaan reksa dana sejauh ini sudah sangat besar sehingga penurunan kurang dari 1% dinilai masih wajar. “Sebab dana kelolaan sudah besar, contoh jika porsi saham [di reksa dana saham dan campuran] ada Rp300 triliun, harga saham naik 1% saja sama dengan kenaikan Rp3 triliun,” katanya kepada Bisnis.com, pekan lalu.
Adapun, total dana kelolaan reksa dana Panin Asset Management justru naik per akhir April menjadi Rp12,66 triliun atau terapresiasi sebesar 6,74% dari posisi akhir Maret yang senilai Rp11,86 triliun.
Selanjutnya, Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) masih optimistis dana kelolaan reksa dana dapat meningkat hingga akhir tahun ini. “Kami tidak punya target [AUM] karena mengikuti pasar saja,” tuturnya pekan lalu.
Baca Juga
Adapun, MAMI mencatatkan total dana kelolaan sebanyak Rp68,1 triliun per akhir 2018 atau naik 65,7% dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya. Katarina pun merekomendasikan reksa dana saham untuk dapat dikoleksi oleh investor pada bulan ini seiring dengan return-nya masih belum banyak bergerak.
Adapun, reksa dana saham menjadi menarik karena valuasi pasar saham saat ini telah mengalami penyesuaian dari tekanan kinerja pada tahun lalu. Ditambah lagi, laba korporasi juga tampil positif pada tahun ini didukung oleh stabilitas nilai tukar rupiah.
“Tidak akan turun [return reksa dana saham], bagaimana bisa turun kan ketidakpastian politik sudah hilang, rupiah memang sementara akan tertekan tapi setelah ini akan membaik lagi,” ujarnya.
Selain reksa dana saham, Katarina menduga kinerja reksa dana pendapatan tetap juga akan kinclong hingga akhir tahun ini ditopang oleh sentimen positif dari pasar obligasi. Namun, Katarina mengingatkan bahwa kinerja saham akan sedikit flat karena adanya rebalancing indeks MSCI dan masuknya bulan Ramadan.
Adapun, rebalancing indeks MSCI dinilai dapat membuat weighting dari saham-saham Indonesia turun sedikit. Sementara saat Ramadhan, kata Katarina, volume perdagangan di bursa saham yang cenderung berkurang dan membuat pergerakan IHSG tak akan terlalu agresif. “Kalau volume transaksi turun, itu tidak akan cukup kuat untuk menaikkan IHSG secara signifikan,” ujarnya.
Namun demikian, secara keseluruhan hingga akhir tahun, Katarina memperkirakan kinerja pasar saham maupun obligasi akan berbalik lebih positif dibandingkan kondisi pada tahun lalu.