Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja indeks reksa dana saham sepanjang tahun berjalan 2019 berada di zona negatif. Manajer Investasi masih merekomendasikan reksa dana saham untuk dapat dicermati para investor.
Bonny Iriawan, Executive Vice President Intermediary Business Schroders Indonesia, menyampaikan reksa dana saham dapat dijadikan pilihan investor untuk berinvestasi dalam portofolio kelas aset.
“Rekomen dalam arti tetap mengakumulasikan reksa dana saham sebagai portofolio. Kami sarankan untuk investasi dalam bentuk portofolio kelas aset,” katanya kepada Bisnis.com, Jumat (3/5/2019).
Menurut Bonny, prospek reksa dana saham ke depannya masih baik. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja reksa dana saham masih berasal dari penantian hasil akhir dari perang dagang antara AS dan China serta kemungkinan Bank Sentral AS (Federal Reserve) untuk tidak menaikkan suku bunga.
Apabila perundingan dagang AS dan China berjalan lancar dan The Fed menahan laju kenaikan suku bunga, diharapkan hal itu akan menjadi katalis positif bagi pasar saham Indonesia.
Sementara itu, dari dalam negeri, kondisi makroekonomi domestik juga diperkirakan dapat lanjut positif. Apalagi pengumuman KPU pada 22 Mei 2019 mengenai pemenang Pilpres nanti berjalan dengan lancar, aliran modal asing (capital foreign inflow) diperkirakan bisa membanjiri pasar modal tanah air.
Baca Juga
Rudiyanto, Direktur Panin Asset Management, menambahkan bahwa rekomendasi reksa dana tetap didasarkan pada tujuan investasi, keadaan keuangan, dan profil risiko dari investor.
Adapun, semua jenis reksa dana memiliki karakteristik masing-masing dan khususnya reksa dana saham memililki pergerakan return yang cukup fluktuatif dibandingkan jenis reksa dana yang lain.
"Secara historis, ketika suku bunga turun, biasanya baik reksa dana pendapatan tetap yang berbasis obligasi maupun reksa dana saham yang berbasis saham akan mengalami kenaikan," kata Rudiyanto.
Dirinya menduga, Bank Indonesia bakal berpeluang menurunkan suku bunga pada kuartal IV/2019 atau mengikuti langkah dovish dari Bank Sentral AS (Federal Reserve).
Adapun, berdasarkan data Infovesta Utama per April 2019, indeks reksa dana saham menjadi satu-satunya yang mencatatkan kinerja negatif sepanjang tahun berjalan 2019.
Indeks reksa dana saham yang tercermin melalui Infovesta Equity Fund Index tercatat -0,17%, jauh di bawah indeks acuannya, yakni indeks harga saham gabungan (IHSG) yang tercatat 4,21%.
Sementara itu, kinerja indeks reksa dana campuran yang tercermin melalui Infovesta Balanced Fund Index tercatat 3,15%. Kemudian, indeks reksa dana pendapatan tetap (Infovesta Fixed Income Fund Index) tercatat 2,82%. Indeks reksa dana pasar uang atau Infovesta Money Market Fund tercatat 1,74%.
Adapun, secara bulanan (kinerja April), indeks reksa dana saham juga menjadi yang paling tertekan dengan kinerja 1,58%. Sementara itu, indeks reksa dana campuran dan pendapatan tetap masing-masing tercatat -0,17%. Indeks reksa dana pasar uang tercatat positif 0,45%.