Bisnis.com, JAKARTA — PT Berlian Laju Tanker Tbk. akan mengandalkan bisnis pengangkutan biodiesel dalam negeri pada 2019 seiring dengan peluang meningkatnya kebutuhan pengangkutan.
Sekretaris Perusahaan Berlian Laju Tanker Benny Rachmat menjelaskan bahwa kebutuhan akan pengangkutan biodiesel diperkirakan meningkat hingga dua kali lipat pada 2019 menjadi 6 juta kilo liter.
Hal tersebut seiring dengan implementasi program biodiesel 20% (B20) yang digencarkan pemerintah. Dia mengatakan bahwa biodiesel merupakan jenis kargo yang pengangkutannya disyaratkan menggunakan kapal tanker kimia yang merupakan bisnis utama perseroan. “Grup akan tetap fokus pada optimalisasi 8 kapal yang dimiliki untuk beroperasi dalam negeri,” ujarnya dalam paparan publik di Jakarta, Senin (22/4/2019).
Selain 8 kapal tersebut, emiten berkode saham BLTA tersebut akan terus berupaya meningkatkan kinerja melalui penambahan armada melalui penyewaan kapal melalui pihak ketiga.
Pasalnya, seluruh kapal yang dimiliki tersebut seluruhnya sudah beroperasi untuk mengerjakan kebutuhan kontrak pengiriman yang didapat oleh perseroan. “Kami ada dua kapal dari eksternal,” jelasnya.
Adapun kontrak yang dikerjakan perseroan hingga saat ini adalah meneruskan kontrak kerja lama dan kontrak kerja lama yang telah diperpanjang.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan 2018, BLTA melayani kontrak pengangkutan untuk PT Pertamina (Persero), PT USDA Seroja Jaya Tricon Energy Inc, PT Chandra Astri Petrochemical Tbk., dan PETCO Trading Labuan Company Limited. “Jadi belum ada new vessel dan new contract,” jelasnya.
Selain itu, untuk memberikan kontribusi lebih, perseroan terus berupaya untuk mencari peluang bisnis-bisnis baru di luar fokus utama yakni bisnis kapal laut pengangkutan. Pasalnya, lini bisnis utama perseroan saat ini masih terkendala oleh beberapa masalah seperti pinjaman perbankan, dan likuiditas pada ekuitas perseroan. Hingga saat ini, status kolektibilitas perseroan masih pada tingkat 5 (default).
“Untuk itu diversifikasi dalam waktu dekat, kami sudah menjalankan tapi masih terlalu dini untuk dikatakan di paparan publik,” pungkasnya.
Pada 2019, perseroan menargetkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan capaian pada tahun sebelumnya. Dalam laporan keuangan perseroan, pada 2018 BLTA mengantongi pendapatan senilai US$24,93 juta, lebih rendah 1,23% dibandingkan dengan tahun sebelumnya US$25,24 juta.
Kendati demikian, laba kotor perseroan tercatat meningkat 18,18% menjadi US$3,48 juta dari tahun sebelumnya US$2,94 juta. BLTA berhasil mencatatkan laba US$5,42 juta setelah pada tahun sebelumnya rugi US$8,77 juta. “Pada 2019 kami akan terus memperbaiki kinerja, kami belum bisa memberikan target rinci tahun ini,” pungkasnya.