Bisnis.com, JAKARTA — Benny Tjokrosaputro menegaskan bahwa dirinya akan berupaya dengan segala cara untuk mengembangkan perusahaan miliknya, PT Hanson International Tbk, untuk menjadi perusahaan properti skala raksasa.
Benny mengatakan, Hanson tidak akan berhenti hanya di proyek rumah murah seperti yang sekarang tengah dilakukan bersama mitranya, yakni PT Ciputra Development Tbk. di Maja, Lebak, Banten.
Di sana, perseroan sudah menjual tidak kurang dari 11.000 unit hunian dengan kelas harga menengah ke bawah, atau di bawah Rp500 juta. Menurutnya, saat ini perseroan memang fokus pada rumah murah untuk menjaring segmen pembeli dari kalangan pengguna akhir, bukan investor, untuk meningkatkan populasi di Maja.
“Pasti kita tidak akan berhenti di rumah murah. Dengan landbank yang besar, kalau memungkinkan dan Tuhan kasih jalan dan banyak pihak yang men-support kita, kita akan mencoba untuk menyambung Serpong sampai Maja,” katanya, Rabu (7/3/2018).
Emiten dengan kode saham MYRX ini memang memiliki cadangan lahan yang cukup luas di Maja dan Serpong. Di Maja, perseroan memiliki cadangan lahan 3.260 ha, sementara di Serpong ada 850 ha.
Namun, untuk menyambungkan Maja hingga Serpong luasnya mencapai 30.000 ha, atau sekitar 2 kali lebih luas dari Bandung dan 3 kali dari BSD City saat ini. MYRX masih akan genjar mengakuisisi lahan untuk mewujudkan hal tersebut.
Baca Juga
Benny mengatakan, latar belakangnya sebagai pelaku industri tekstil membuatnya memiliki kesadaran terhadap pentingnya bahan baku. Tanpa cadangan bahan baku yang memadai, pabrik bisa terancam tutup.
Oleh karena itu, dalam mengembangkan properti pun dirinya memiliki prinsip yang sama. Dirinya mengaku akan memaksa MYRX untuk tidak berpuas diri dengan cadangan lahan yang ada, tetapi terus membeli lahan baru dua kali lebih banyak dari yang dijual setiap tahun.
Adapun, total cadangan lahan MYRX per Desember 2017 adalah seluas 4.785 ha, tersebar di Maja, Serpong, Bekasi, Cengkareng, dan Tigaraksa.
“Ini akan jadi kota baru terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Memang ini kedengarannya mimpi, tetapi kalau kita hidup tidak berani bermimpi, bagaimana bisa melangkah. Kalau Anda tanya saya ke mana visi perusahaan akan dibawa, ya selama ada impian yang lebih besar kita akan kejar,” katanya.
Benny mengatakan, salah satu faktor yang umumnya menjadi pendorong berkembangnya suatu kawasan real estate adalah kehadiran jalan tol. Oleh karena itu, saat ini salah satu perusahaan dari grup usaha Hanson tengah menginisiasi pembangunan ruas tol baru Serpong – Maja sepanjang 30 km dengan taksiran investasi Rp5 triliun.
Hanson bermintra dengan salah satu BUMN untuk prakarsa tersebut. Bila berjalan lancar, tahun depan proyek tersebut bisa mulai dikerjakan dan diharapkan rampung dua tahun setelahnya.
Selain itu, MYRX juga terus menjajaki kemitraan-kemitraan baru untuk mempercepat ekspansi bisnis perseroan. Setelah bermitra dengan Ciputra, perseroan sedang membahas peluang kemitraan dengan pihak baru, meskipun saat ini Benny masih enggan mengungkapkan identitasnya.
“Kita sulit mengejar kalau harus bangun dari nol. Kalau mau adu cepat dengan kuda, ya caranya dengan menunggang kuda. Kalau mau cepat maju, terkenal dan punya nama, ya sudah partner saja dengan yang sudah punya nama. Kita bisa saja bangun sendiri, tetapi belum tentu mampu menjual sebanyak dia,” katanya.
Menurutnya, MYRX juga akan terus berusaha membangun hubungan baik dan kerjasama dengan pemerintah, kontraktor, marketing, lembaga pembiayaan, konsumer dan terutama pemegang saham.
Dengan daya saing yang dimiliki Hanson saat ini, terutama dengan harga lahan yang masih jauh lebih kompetitif dibandingkan pengembang lain, dirinya mengaku siap bersaing dengan pengembang papan atas lainnya.
“Kita sudah bisa naikkan kelas dari tanah tandus, kita ubah jadi realestate. Tahap berikutnya kita akan ubah ini bukan hanya realestate yang murah, tetapi yang naik kelas, yang bisa compete dengan yang qualified, Gading Serpong, BSD, Lippo Karawaci. Dengan biaya lahan hanya 10% dari mereka, saya siap untuk mulai kompetisi itu,” katanya.