Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK: Irak Ancam Gagalkan Kesepakatan, WTI Ditutup Melemah

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Desember ditutup melemah 0,7% atau 33 sen ke level US$50,52 per barel di New York Mercantile Exchange.
 Anjungan minyak/Bloomberg
Anjungan minyak/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah ditutup melemah karena Irak, produsen terbesar kedua OPEC, mengancam untuk menggagalkan rencana untuk menstabilkan pasar jika tidak dikecualikan dari rencana penurunan produksi.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Desember ditutup melemah 0,7% atau 33 sen ke level US$50,52 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Desember turun 32 sen atau 0,6% ke posisi US$51,46 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Seperti dikutip Bloomberg, Menteri Perminyakan Irak, Jabbar Al-Luaibi, mengatakan negaranya harus dikecualikan dari pembatasan produksi karena sedang terlibat dalam perang dengan militan.

Sementara itu, Rusia kembali menolak untuk berkomitmen bergabung dengan OPEC dalam pemangkasan produksi.

"Irak menghambat kesepakatan OPEC," kata Gene McGillian, manajer riset pasar di Tradition Energy, seperti dikutip Bloomberg.

"Ini akan tetap menjadi sentiment utama pasar sampai pertemuan berlangsung bulan depan. Kami belum pernah melihat bukti bahwa momentum telah berubah dan pasokan global menurun," lanjutnya.

Irak memperdebatkan angka pembatasan output yang diusulkan OPEC sebesar 4,2 juta barel per hari, kata Al-Luaibi. Negara ini memproduksi lebih dari 4,7 juta barel per hari pada bulan September. Saat ini , hanya Iran, Nigeria dan Libya yang dibebaskan dari pengurangan produksi yang diusulkan.

Sementara itu, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatrakan negaranya masih dalam pembicaraan dengan OPEC tentang produksi dan banyak skenario yang sedang dibahas.

OPEC dipompa rekor 33.750.000 barel per hari pada bulan September, dengan Arab Saudi terhitung 10.580.000 dari total, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper