Bisnis.com, JAKARTA—Indeks harga saham gabungan (IHSG) mulai menanjak. Apakah target PT Bursa Efek Indonesia untuk mencapai kapitalisasi pasar Rp6.000 triliun akhir tahun ini akan tercapai?
Likuiditas dana di pasar global mulai melimpah sejak hengkangnya Inggris Raya dari Uni Eropa. Investor dunia mengalihkan dana ke emerging market, termasuk Indonesia.
Aliran modal investor asing ke lantai bursa Indonesia semakin deras saat Undang-Undang Pengampunan Pajak mulai dibahas oleh DPR. Tercatat, net buy investor asing mencapai Rp34,82 triliun sejak awal tahun ini.
Kapitalisasi pasar di PT Bursa Efek Indonesia mencapai Rp5.667 triliun dengan market capitalization terbesar digenggam oleh PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) senilai Rp454 triliun.
Target Market Cap Rp6.000 Triliun
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio menargetkan kapitalisasi pasar di Tanah Air dapat mencapai Rp6.000 triliun dalam waktu dekat. Bahkan, Tito menargetkan market cap dapat melampaui aset perbankan nasional Rp6.200 triliun seiring bergulirnya program amnesti pajak.
"Kalau ditanya apa yang diinginkan? Bagaimana market ini menjadi besar? Maka market cap menjadi sangat penting," katanya belum lama ini.
Sejak 2011, kapitalisasi pasar BEI telah meningkat 60,2% dari RP3.537 triliun menjadi Rp5.667 triliun. Sedangkan, Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 37,77% dari 3.821,99 ke level 5.265,82.
Hingga awal Agustus, kapitalisasi pasar BEI setara dengan US$447,43 miliar atau tumbuh 29,82% sejak awal tahun ini. Nilai tersebut menempatkan BEI sebagai bursa dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Asia Tenggara mengungguli Thailand US$425 miliar, Filipina US$199,49 miliar, Malaysia US$249,74 miliar, dan Singapura US$301,6 miliar.
IPO & Transaksi Harian Dipangkas
Direktur PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai target kapitalisasi pasar BEI hingga akhir tahun perlu direvisi. Kenaikan market cap harus didukung oleh kenaikan harga saham dan jumlah saham beredar.
Menurut dia, manajemen BEI memangkas target pencatatan perdana saham (initial public offering/IPO) dari 35 perusahaan menjadi 25 emiten. Pemangkasan itu membuat potensi lonjakan kapitalisasi pasar saham sulit dicapai.
Tidak hanya target IPO, otoritas bursa juga menurunkan target rerata nilai transaksi harian perdagangan saham menjadi Rp6,6 triliun dari Rp7 triliun. Kemarin, nilai transaksi harian mencapai Rp6,37 triliun dengan volume 5,87 miliar lembar saham.
"Target IPO tidak banyak bertambah karena perusahaan juga banyak yang urus tax amnesty. Harga saham akan volatile menjelang Fed Fund Rate," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (15/9/2016).
IHSG Menguat Tajam
Perdagangan Kamis (15/9/2016), IHSG ditutup menguat tajam dalam 6 pekan terakhir 2,33% sebesar 119,78 poin ke level 5.265,82. Penguatan IHSG menempati persentase terbesar di antara bursa saham di Asia Pasifik.
Kembali menghijaunya lantai bursa setelah beberapa hari terakhir dilanda tekanan, diperkirakan lantaran adanya lonjakan realisasi amnesti pajak. Hingga Kamis (15/9/2016), komposisi realisasi penerimaan pengampunan pajak Rp21,3 triliun dengan deklarasi Rp552 triliun.
"Tahun ini agak berat bagi IHSG, mungkin tahun depan bisa lebih bagus," tuturnya.
Dia menilai, pemangkasan target IPO oleh BEI sebagai langkah yang realistis. Pasalnya, hingga September saja, emiten pendatang baru di BEI baru mencapai 10 perusahaan. Seharusnya, pemangkasan jumlah IPO membuat target market cap juga diturunkan.
Dalam catatan Bisnis.com, sejumlah perusahaan sekuritas merevisi naik target IHSG akhir tahun ini. Revisi naik itu dilakukan pada akhir Juli 2016 dengan target tertinggi di level 6.000.
Riset PT Maybank Kim Eng Securities Indonesia belum lama ini memaparkan rendahnya inflasi yang mencapai kurang dari 4% dan iklim suku bunga yang terjaga, serta masih jebloknya harga komoditas, membuat valuasi IHSG terbilang premium.
"Kami mempertahankan tinjauan bullish di bursa saham Indonesia pada 2017 dengan target IHSG 6.500 berdasarkan PER 2018 sebesar 18 kali," tulis riset tersebut.
Prediksi IHSG Tembus 5.600
Harry Su, Senior Associate Director Head of Corporate Strategy & Research PT Bahana Securities, mengatakan target IHSG dikerek naik menjadi 5.600 dari 5.200.
Kenaikan target sebesar 400 poin dilakukan dengan pertimbangan pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia ( BI Rate) sebesar 100 basis poin menjadi 5,75% pada akhir 2016. Inflasi diproyeksi terjaga di level 5% dengan kurs rupiah Rp13.000 per dolar Amerika Serikat.
"Target IHSG tersebut belum menghitung efek positif tax amnesty. Target 5.600 merefleksikan PE 20 kali dengan proyeksi IHSG tahun depan naik dari 6.000 menjadi 6.600," kata Harry.
Dalam rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) 2016 yang ditetapkan pada rapat umum pemegang saham luar biasa pada 28 Oktober 2016, BEI menargetkan rerata nilai transaksi harian sebesar Rp7 triliun dan penambahan jumlah emiten baru sebanyak 35 perusahaan.
Target itu berdasarkan beberapa asumsi indikator makro ekonomi 2016. Pertumbuhan ekonomi pada 2016 di kisaran 5,3%, suku bunga acuan BI 7,5%, laju inflasi 4% +/-1%, berdasarkan estimasi Bank Indonesia serta kesepakatan pemerintah dan DPR 4,7%, dan suku bunga SPN 3 bulan 5,5%.
Asumsi lain yakni suku bunga deposito pada 2016 sebesdar 7,65% berdasarkan data suku bunga rerata deposito rupiah pada bank umum dalam satu bulan serta rerata niali tukar rupiah di Rp13.900 per dolar AS yang merupakan angka kesepakatan pemerintah dan DPR.
Kenyataannya, sepanjang tahun berjalan 2016 rerata nilai transaksi harian masih jauh di bawah target bursa, begitu juga dengan target penambahan jumlah emiten baru.
Revisi ke bawah target rerata nilai transaksi harian BEI tahun ini serupa dengan koreksi yang terjadi pada 2015. Pada RKAT 2015 yang disusun pada 2014 BEI memasang target Rp7 triliun.
Lantas, BEI merevisinya menjadi Rp6 triliun. Kenyataannya, hingga 8 Desember 2015 rerata nilai transaksi harian di BEI sebesar Rp5,77 triliun. Akankah target market cap tahun ini dapat dicapai?