Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tunas Ridean (TURI) Targetkan Pertumbuhan Hingga 10%

PT Tunas Ridean Tbk., selaku emiten dengan tulang punggung usaha diler otomotif tahun ini menargetkan dapat meraih pertumbuhan pendapatan dan laba di kisaran 5% hingga 10% dari tahun lalu
Tunas Ridean. /turi
Tunas Ridean. /turi

Bisnis.com, JAKARTA—PT Tunas Ridean Tbk., selaku emiten dengan tulang punggung usaha diler otomotif tahun ini menargetkan dapat meraih pertumbuhan pendapatan dan laba di kisaran 5% hingga 10% dari tahun lalu.

Mengutip laporan keuangan perseroan bersandi saham TURI tersebut, pada 2015 pendapatan bersih yang diraih mencapai Rp10,15 triliun. Adapun untuk laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang dibukukan TURI pada tahun lalu mencapai Rp291,144 miliar.

Rico Adisurja Setiawan, Direktur Utama Tunas Ridean, mengatakan, pihaknya optimistis mencatatkan pertumbuhan kinerja karena ekonomi tahun ini diperkirakan lebih baik dari tahun lalu. Dia menyebut hal tersebut sangat tergantung kebijakan pemerintah yang sudah dikeluarkan sejak tahun lalu hingga awal tahun ini.

Seperti diketahui, pemerintah beberapa kali menelurkan paket kebijakan ekonomi yang diharapkan lebih menstimulus sentimen positif pasar. Pemerintah pun sejak awal tahun sudah dua kali menurunkan suku bunga acuan Bank Indonesia yang disinyalir dapat mendongkrak kredit.

Sebabnya, dari informasi yang Bisnis.com himpun, sekitar 70% bahkan lebih pembelian mobil dilakukan secara kredit. Menurutnya, hal tersebut dapat mendongkrak daya beli. 

“Kami tahun ini lebih optimistis karena kebijakan pemerintah yang cukup baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Saat ekonomi membaik masyarakat cenderung bisa menganggarkan untuk beli mobil,” katanya kepada Bisnis, Kamis (17/8/2016).

Berkaca pada tahun lalu, penurunan pasar otomotif nasional sempat menahan laju kinerja TURI. Merujuk data Asean Automotive Federation (AAF) total penjualan mobil di Indonesia pada 2015 hanya 1,01 juta unit, menurun 16% dari 2014 yang sebanyak 1,20 juta unit.

Karena hal itu, pendapatan bersih perseroan pada 2015 merosot sekitar 7,8% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp11,02 triliun. Penurunan pendapatan bersih perseroan pada 2015 tersebut menjadi yang pertama setidaknya sejak 2010 yang selalu menunjukan grafik menanjak.

Pada 2010 capaiannya sebesar Rp6,82 triliun. Pada 2011 pendapatan bersih mencapai Rp8,29 triliun, naik sekitar 21,5% dari tahun sebelumnya. Tahun berikutnya pendapatan terkatrol sekitar 20,07% menjadi Rp9,96 triliun. Pada 2013 pendapatan bersih tumbuh sekitar 10,5% menjadi Rp11,01 triliun. Sedangkan pada 2014 pendapatan tumbuh tipis sekitar 0,11%.

Adapun untuk laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2015 mencatatkan penaikan sekitar 19,2% dari tahun sebelumnya yang hanya Rp244,16 miliar

Terkatrolnya laba pada 2015 tersebut tak terlepas dari beberapa hal seperti penghasilan keuangan perseroan yang meningkat 4,1% menjadi Rp6,34 miliar dari tahun sebelumnya Rp6,09 miliar. Bagian atas laba bersih entitas asosiasi pun meningkat 28,3% menjadi Rp147,06 miliar dari tahun sebelumnya yang hanya Rp114,60 miliar.

Selain itu, pendapatan komprehensif lain dari keuntungan aktuarial imbalan kerja karyawan jangka panjang pada 2015 mencapai Rp10,83 miliar. Sementara pada tahun sebelumnya pos tersebut mengalami kerugian Rp10,01 miliar.

Adapun untuk laba perseroan sejak 2010 selalu mengalami fluktuasi. Pada 2010 laba TURI mencapai Rp269 miliar. Tahun berkikutnya tumbuh sekitar19,8% menjadi Rp322,28 miliar. Pada 2012 laba kembali tumbuh sekitar 30,3% menjadi Rp420,08 miliar.

Pada 2013 laba perseroan merosot sekitar 26,9% dari tahun sebelumnya menjadi Rp307,01 miliar. Pada 2014 laba kembali merosot yaitu sekitar 20,4% dari 2013

William Surya Wijaya analis PT Asjaya Indosurya Securities  mengatakan, penurunan kinerja tersebut wajar karena emiten yang ditopang sektor otomotif terkena dampak langsung dari penurunan penjualan. 

Pelambatan ekonomi dan suku bunga yang tinggi pada tahun lalu menjadi sektor dominan yang mempengaruhi kinerja. “Karena ini tergantung daya beli dan sebagian besar produk otomotif pembeliananya dilakukan secara kredit,” katanya.

Di sisi lain dia menilai, tahun ini perseroan bisa mendapatkan peluang lebih untuk mendongkrak kinerja. Sebabnya, suku bunga yang diturunkan pemerintah dapat menggenjot daya beli otomotif. Hal itu pun didukung nilai tukar yang cenderung lebih stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper