Bisnis.com, JAKARTA – Sembari mencermati jalannya sidang gugatan hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres yang diajukan oleh pasangan capres Prabowo-Hatta, investor tetap menyoroti berbagai isu korporat.
Berikut beberapa isu emiten dan korporat yang menjadi sorotan investor, Rabu (13/8/2014):
EMTK Kantongin Rp35,46 Miliar Setelah Menjual Saham SCMA
EMTK mengantongi dana sebesar Rp35,46 miliar setelah menjual sebagian saham SCMA. Adapun penjualan saham sebanyak 8,95 juta lembar yang dilakukan dalam 3 periode, yakni yang pertama sebanyak 841.800 lembar, yang kedua sebanyak 1,37 juta lembar dan yang ketiga sebanyak 6,67 juta lembar. (iqplus)
RICY Akan Membagikan Dividen Tunai Rp4 per Saham
RICY akan membagikan dividen tunai yang berasal dari laba bersih tahun buku 2013 sebesar Rp4 per saham atau 29% dari total laba bersih 2013. Adapun pembagian dividen akan dilakukan pada 9 Oktober 2014. (iqplus)
KLBF Minati Saham Phapros
KLBF tertarik membeli saham PT Phapros, anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Pembelian saham bisa akan dilakukan bersamaan dengan penawaran umum perdana (IPO) saham Phapros pada awal 2015. (investor daily)
BUMI Pangkas Harga Konversi Obligasi Menjadi Rp250 per Saham
BUMI berniat memangkas harga konversi obligasi menjadi Rp250 per saham dari sebelumnya Rp 3366,9 per saham. Obligasi konversi (convertible bond/CB) senilai US$ 375 juta tersebut dapat ditukar menjadi saham Bumi pada September 2015. (investor daily)
WIKA Mengincar Proyek Baru Jalan Tol di Aljazair
WIKA tengah mengincar proyek baru jalan tol di Aljazair senilai Rp1 triliun. Saat ini, perseroan sedang melakukan uji tuntas (due diligence) dengan kontraktor yang menjalani proyek tersebut. (iqplus)
BRPT Kurangi Kerugian Menjadi US$5,32 Juta
BRPT berhasil menurunkan kerugian bersih per 30 Juni 2014 menjadi US$5,32 juta dari US$13,48 juta pada periode yang sama 203. Perseroan pada periode tersebut membukukan pendapatan sebesar US$1,30 miliar dari US$1,22 miliar. (inilah.com)
INTP Menargetkan Kapasitas Produksi Semen 30 Juta Ton
INTP menargetkan kapasitas produksi sebesar 30 juta ton di tahun 2017. Dengan kapasitas produksi sebesar itu diperkirakan INTP akan siap bersaing di era pasar terbuka mulai 2015, terutama menghadapi potensi tingginya permintaan produk ini dalam rangka pembangunan infrastruktur yang dicanangkan pemerintah. (iqplus)