Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BEI Akui Ada Peralihan Investor dari Saham ke Instrumen Lain

Bos BEI mengungkapkan adanya risiko investor saham beralih ke instrumen investasi lain akibat pasar yang cenderung lesu.
Jajaran direksi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam seremoni Penutupan Perdagangan Saham 2023 pada Jumat, (29/12/2023)/Bisnis/Rizqi Rajendra
Jajaran direksi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam seremoni Penutupan Perdagangan Saham 2023 pada Jumat, (29/12/2023)/Bisnis/Rizqi Rajendra

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengungkapkan adanya risiko investor saham beralih ke instrumen investasi lainnya saat kondisi pasar sedang lesu atau bearish.

Iman mengatakan, salah satu penyebab risiko investor saham beralih yakni ketidakpastian ekonomi global. Inflasi AS belum mencapai target 2%, sehingga Bank Sentral AS The Fed masih menahan suku bunga di level 5,25%-5,5% dan hanya memproyeksikan satu kali pemangkasan tahun ini. 

“Jadi kita bisa lihat bahwa tingkat interest rate yang tinggi dari The Fed akan tetap berlangsung sehingga kami melihat bahwa investor akan mulai beralih ke produk investasi yang safe haven. Artinya, mereka juga akan lari ke negara dengan tingkat return yang lebih tinggi. Ini juga jadi tantangan,” kata Iman dalam RUPS BEI, Selasa (26/6).

Dari sisi domestik, adanya Pemilu 2024 pada Februari lalu, maka menyebabkan investor wait and see. Terlebih, selain Indonesia, pada tahun ini ada sekitar 64 negara yang juga melakukan pemilu, seperti AS, Rusia, hingga India. Alhasil, kondisi ini menjadi tantangan bagi BEI untuk mendorong jumlah pertumbuhan investor ritel.

Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per Mei 2024 menunjukkan bahwa total jumlah investor pasar modal sebanyak 12,93 juta investor. Secara terperinci, investor saham sebanyak 5,72 juta atau naik 1,54% secara bulanan, disusul investor reksa dana 12,17 juta dan SBN 1,08 juta.

Sebagai perbandingan, berdasarkan data dari Badan Pengawas Berjangka Perdagangan Komoditi Indonesia (Bappebti) pada Mei 2024 terdapat penambahan jumlah investor kripto sebanyak 363.101 dengan total investor mencapai 19,75 juta. Nilai keseluruhan transaksi dari Januari hingga Mei 2024 menyentuh Rp260,9 triliun. 

Kendati demikian, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menambahkan bahwa pertumbuhan investor pasar modal masih cukup menggembirakan dengan adanya penambahan hampir 900.000 investor sejak awal tahun hingga pertengahan Juni 2024. Menurutnya, pertumbuhan investor saham kini menyalip reksa dana.

"Menariknya, selama ini pertumbuhan investor di reksa dana itu lebih besar dari investor saham. Sekarang, investor saham tumbuh lebih besar dari reksa dana," ujar Jeffrey.

Lebih lanjut dia mengatakan, dilihat dari sisi trading harian, kontribusi investor asing meningkat dari tahun lalu 30% menjadi 34%. Sementara itu, kontribusi investor domestik sedikit mengalami penurunan dari 70% menjadi sekitar 66%.

Sejalan dengan kondisi tersebut, BEI menyampaikan akan terus berupaya untuk terus menggali potensi-potensi baru dari sisi produk investasi, dari sisi suplai maupun upaya peningkatan jumlah investor.

Mengacu data BEI, kurangnya minat investor berdampak terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang parkir di level 6.905,64 pada Rabu (26/6/2024). Sepanjang tahun berjalan, IHSG masih terkoreksi 5,05% secara year-to-date (YtD).

Pada saat yang sama, investor asing pun masih membukukan net sell di pasar saham sebesar Rp622,24 miliar secara YtD. Tak hanya itu, rata-rata transaksi harian (RNTH) saham pun  masih lesu di kisaran Rp12,1 triliun atau di bawah target BEI sebesar Rp12,25 triliun tahun ini.

Investor Pasar Modal Indonesia
Investor Pasar Modal Indonesia

FCA dan Short Selling Bikin Gentar Investor

Sementara itu, pada semester I 2024 BEI mulai menerapkan  PPK FCA tahap II yang kemudian menuai pro-kontra dari kalangan investor. 

Beberapa investor bahkan sempat mengirimkan karangan bunga terkait dengan kebijakan PPK FCA ini. Investor juga sempat membuat dan menandatangani petisi mengenai penolakan mekanisme perdagangan tersebut. 

Alasannya, pada PPK FCA tidak ada informasi mengenai bid dan ask. Karena hal tersebut, investor hanya dapat memperhatikan data Indicative Equilibrium Price (IEP) dan Indicative Equilibrium Volume (IEV) untuk melihat potensi harga dan volume saham yang akan match.

Anggota Komisi XI DPR RI Dolfie Othniel Frederic Palit dalam rapat kerja dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta agar OJK bisa melaporkan pendalaman atas laporan triwulan I/2024. Dia berharap semua perkara di industri keuangan di triwulan I/2024 dapat didalami bersama pada 9 Juli 2024. 

"Di tempat pak Inarno [Djajadi] misalnya ada masalah FCA, tetap bisa kami dalami. Walaupun bapak mungkin tidak mau melaporkan, tapi itu harus dilaporkan," tutur Dolfie.

Dolfie kembali mengingatkan OJK harus melaporkan hal-hal yang terjadi di industri keuangan selama triwulan I/2024. 

mata uang kripto
mata uang kripto

Jumlah Investor Kripto Lampaui Pasar Modal

Jumlah investor kripto di Indonesia yang mencapai 19,75 juta orang per Maret 2024 menjadi penanda masih besarnya minat dan antusiasme masyarakat terhadap aset kripto.

Chief Compliance Officer (CCO) Reku Robby selaku sekaligus Ketua Umum Aspakrindo-ABI mengatakan aset kripto telah menjadi pilihan investasi masyarakat Indonesia. Terlebih, halving pada tahun ini terbilang unik sebab Bitcoin berhasil mencapai harga tertinggi (All-Time-High) di level Rp1 miliar bahkan sebelum momen tersebut terjadi.

“Performa Bitcoin tersebut menggambarkan kecocokan Bitcoin sebagai penyimpan aset atau safe haven dan menjadikan Bitcoin semakin menarik untuk masyarakat,” ujarnya melalui keterangan resmi, Minggu (12/5/2024).

Robby melanjutkan, pihaknya optimis terhadap pertumbuhan ketertarikan masyarakat terhadap aset kripto ke depannya. Pasalnya, dari sisi regulasi, aset kripto merupakan industri yang telah diatur secara komprehensif, mulai dari panduan untuk mengatur perdagangan asset kripto, tindak pidana pencucian uang (TPPU), hingga Self-Regulatory Organization (SRO) yang terdiri atas Lembaga bursa, lembaga kliring, dan lembaga penyimpanan dana/depositori.

Dukungan penuh dari pemerintah ini, lanjutnya, menunjukkan keseriusan dalam melindungi investor aset kripto di Indonesia. Selain itu, pada dasarnya aset kripto merupakan instrumen investasi yang dapat dimanfaatkan oleh investor jangka pendek, menengah, hingga panjang.

“Jadi, bukan hanya trader saja yang bisa memiliki aset kripto. Walaupun dikenal sebagai kelas aset yang volatil, setiap aset kripto memiliki karakteristik tersendiri yang bisa dioptimalkan masing-masing tipe investor,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper