Bisnis.com, JAKARTA -- Keputusan pemerintah Amerika Serikat untuk menyerang secara terbatas Suriah dikhawatirkan dapat mempengaruhi kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG).
Robinson Simbolon, Deputi Dewan Komisioner Bidang Pengawas Pasar Modal I OJK, menuturkan seragan AS tersebut dapat memicu kenaikan harga minyak mentah.
"Kalau harga minyak mentah naik, defisit neraca perdagangan Indonesia bisa semakin melebar," ujarnya, Kamis (5/9/2013).
Melebarnya defisit neraca perdagangan, lanjutnya, dikhawatirkan akan memberikan sentimen negatif bagi pasar modal dan kemungkinan IHSG dapat terkoreksi lebih dalam.
Oleh karena itu, pihaknya terus menghimbau emiten untuk melakukan aksi beli kembali saham (buyback) untuk membantu kebangkitan IHSG.
Pihaknnya menetapkan Surat Edaran OJK Nomor 01/SEOJK.04/2013 tentang Kondisi Lain Sebagai Kondisi Pasar yang Berfluktuasi Secara Signifikan dalam Pelaksanaan Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik.
Surat edaran yang diterbitkan terkait dengan Peraturan OJK Nomor 2/POJK.04/2013 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik dalam Kondisi Pasar yang Berfluktuasi secara Signifikan.
Pasar dinilai berfluktuasi secara signifikan ketika indeks harga saham gabungan secara kumulatif turun 15% atau lebih selama 3 hari berturut-turut, atau kondisi lain yang ditetapkan oleh OJK.
Dalam kondisi tersebut, perusahaan dapat membeli kembali sahamnya sampai batas maksimal 20% dari modal disetor tanpa perlu mendapat persetujuan dari rapat umum pemegang saham.
“20% tersebut ekuivalen dengan jumlah saham yang diterbitkan tanpa harus melihat nilai nominal,” ungkapnya.
Serangan AS ke Suriah diputuskan melalu debat di dewan senat. Perang terbatas melawan Suriah ini disebabkan adanya dugaan penggunaan senjata kimia mematikan yang menyebabkan ratusan warga sipil tewas. (ra)