Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Listing Perdana, Saham Saratoga Turun 3,64%

BISNIS.COM, JAKARTA—PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) resmi mencatatkan sahamnya (listing) di bursa hari ini, Rabu (26/6/2013). Saham dengan kode SRTG itu dibuka turun 3,64% dari harga penawaran Rp5.500 menjadi Rp5.300 per saham.

BISNIS.COM, JAKARTA—PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) resmi mencatatkan sahamnya (listing) di bursa hari ini, Rabu (26/6/2013). Saham dengan kode SRTG itu dibuka turun 3,64% dari harga penawaran Rp5.500 menjadi Rp5.300 per saham.

Saham SRTG terus turun ke Rp5.250 per saham, kemudian Rp5.150 per saham. Transaksi terakhir jumlah frekuensi perdagangan mencapai 64 kali dengan volume 661 lot dan total transaksi Rp1 miliar.

Saratoga dicatatkan sebagai emiten kelimabelas yang masuk bursa tahun ini, dan menjadi emiten ke-470 di bursa. Perseroan melepas 271,297 juta saham atau 10% dari total saham perseroan, dengan harga penawaran Rp5.500 per saham.

Dengan demikian, perseroan mendapatkan dana hasil IPO sebesar Rp1,49 triliun. Penjamin pelaksana emisi efek adalah PT Deutsche Securities Indonesia, PT Indo Premier Securities, dan PT UBS Securities Indonesia.

Direktur Utama PT Indo Premier Securities Moleonoto mewakili penjamin pelaksana emisi efek mengatakan penawaran saham perdana ini mengalami oversubscribed lebih dari satu kali, tapi tidak sampai dua kali. Investor yang menyerap IPO Saratoga ini 90%-nya adalah investor asing.

“Kenapa investor domestik-nya ngga banyak? Mungkin karena tipikal bisnis modelnya Saratoga itu belum banyak yang mengerti. Tapi ini perlu waktu. Saat market recover nanti pasti local participation akan lebih banyak,” ujarnya ketika ditemui di sela-sela pencatatan perdana saham (listing) di Gedung BEI, Rabu (26/6/2013).

Saratoga adalah perusahaan investasi aktif pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Selain untuk membayar utang, dana hasil IPO ini akan digunakan untuk meningkatkan nilai portofolio perusahaan serta mengembangkan rencana investasi di tiga sektor utama, yaitu produk konsumen dan pelayanan, sumber daya alam, dan infrastruktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper