Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KINERJA EMITEN: Citatah Targetkan Laba Bersih Rp12 miliar

BISNIS.COM, JAKARTA—Produsen batu marmer, PT Citatah Tbk (CTTH) menargetkan laba bersih tahun ini sebesar Rp12 miliar, naik hampir 335% dari laba bersih tahun lalu sebesar Rp2,76 miliar.

BISNIS.COM, JAKARTA—Produsen batu marmer, PT Citatah Tbk (CTTH) menargetkan laba bersih tahun ini sebesar Rp12 miliar, naik hampir 335% dari laba bersih tahun lalu sebesar Rp2,76 miliar.

Tiffany Johanes, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Citatah, mengatakan meski demikian, pencapaian target tersebut bergantung pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Tahun lalu, perseroan mencatat kerugian nilai tukar hingga Rp6 miliar terutama karena pinjaman jangka panjang dan pinjaman konversi keduanya didenominasikan dalam dolar AS.

“Kami estimasi laba bersih tahun ini Rp12 miliar, tapi ini tergantung rupiah sama dolarnya. Soalnya kami masih punya pinjaman dalam dolar AS,” ujar Tiffany ketika ditemui usai RUPS Tahunan, Jumat (24/5/2013).

Dari sisi penjualan, penjualan tahun ini ditargetkan naik sekitar 25% menjadi di atas Rp200 miliar, dari penjualan tahun lalu sebesar Rp161,78 miliar. Sementara itu, realisasi penjualan pada kuartal I/2013 sudah mencapai Rp57,97 miliar dan laba bersihnya Rp3,66 miliar.

Untuk mendukung target tahun ini, perseroan menganggarkan belanja modal Rp15 miliar, yang sekitar 30%—40% dari kas internal dan sisanya leasing. Sebanyak Rp10 miliar untuk pengembangan tambang baru dan Rp5 miliar untuk mesin potong.

Adapun Citatah menjalankan usaha produksi dan penjualan marmer. Lokasi tambangnya ada di Pangkep, Sulawesi Selatan yang dilengkapi dengan pabrik pengolahan. Selain di Pangkep, perseroan juga memiliki pabrik pengolahan di Karawang, Jawa Barat.

“Yang di Pangkep, kami tambah satu lokasi IUP [Izin Usaha Pertambangan] baru, yang lokasinya berdekatan dengan lokasi tambang eksisting kami. Izin ini kami apply sendiri, bukan akuisisi punya orang,” tambahnya.

Tiffany menjelaskan saat ini di tambang baru itu sedang dilakukan persiapan infrastruktur dan mesin-mesin. Pada September mendatang, tambangnya diharapkan sudah bisa memproduksikan marmer sebanyak 6.000 meter kubik per tahun, sehingga nanti kapasitas produksi perseroan meningkat jadi 30.000 meter kubik per tahun.

BEA KELUAR 20%

Tiffany menambahkan kebijakan bea keluar 20% atas ekspor balok dan lembaran tebal/slabs (Permen ESDM 7/2012) membuat perseroan mengubah strategi pemasaran. Semula, porsi penjualan ekspor berbanding domestik sebesar 60%:40%, kini menjadi 25%:75%.

“Sejak tahun lalu saat peraturan itu terbit, strategi kami ubah. Untungnya di domestik sendiri saat ini sektor properti lagi tumbuh bagus. Kami juga mulai masuk ke sektor perumahan,” ujarnya.

Menurutnya, Kementerian ESDM dan Kementerian Perdagangan sudah mengerti bahwa perseroan keberatan dengan kebijakan ini. Pasalnya, kebijakan bea keluar 20% mengakibatkan produk marmer Indonesia kalah saing di pasar regional.

“ESDM dan Depdag sudah setuju bahwa marmer ini bahan bangunan, bukan logam. Sekarang tinggal persetujuan dari Kementerian Keuangan-nya. Lagi diproses,” tambah Tiffany. (ln)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Lahyanto Nadie
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper