Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KOMODITAS JAGUNG: Persediaan AS Turun, Harga Naik

BISNIS.COM, CHICAGO—Harga jagung menanjak untuk pertama kalinya dalam 4 hari setelah tanda-tanda bahwa para pembeli akan bersaing untuk jumlah persediaan di AS, penanam terbesar di dunia, sebelum petani mencetak rekor panen pada September mendatang.

BISNIS.COM, CHICAGO—Harga jagung menanjak untuk pertama kalinya dalam 4 hari setelah tanda-tanda bahwa para pembeli akan bersaing untuk jumlah persediaan di AS, penanam terbesar di dunia, sebelum petani mencetak rekor panen pada September mendatang.

Adapun jumlah stok akan menjadi 19,29 juta ton untuk tahun yang berakhir pada 31 Agustus, turun 23% dari tahun sebelumnya. Data Departemen Pertanian AS (USDA) menunjukkan hal itu terjadi setelah kekeringan terburuk AS sejak 1930-an memangkas produksi tahun lalu sebesar 13%.

USDA juga mengatakan cadangan global akan jatuh 5,1%. Sementara harga jagung untuk pengiriman Juli, sebelum panen, diperdagangkan pada premi yang tinggi untuk kontrak berjangka Desember sepanjang 7 minggu ini.

Joseph Vaclavik, presiden Standar Grain Inc di Chicago mengatakan pihaknya mulai kehabisan cadangan dari masa panen sebelumnya, sehingga pasokan menjadi ketat.

"Namun tampaknya kontrak berjangka hasil panen yang lama akan tidak diturunkan atau dijual segera," ujarnya seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (18/5/2013).

Sementara harga jagung untuk pengiriman Juli naik 1,8% menjadi US$6,5275 per bushel pada pukul 1.15, Jumat lalu di Chicago Board of Trade, menandai kenaikan mingguan sebesar 2,6%. Adapun nilai kontrak untuk pengiriman Desember turun 0,9% menjadi US$5,195, pelebaran spread dengan nilai kontrak Juli hingga US$1,3325, level tertinggi sejak 28 Maret.

USDA memperkirakan produksi AS akan rebound tahun ini, dengan harapan petani akan menghasilkan 359,2 juta ton, naik dari 31%. Peningkatan tersebut akan lebih dari melipat gandakan stok domestik sebelum 2014 hingga 50,91 juta ton.

Adapun nilai kontrak kedelai untuk pengiriman Juli naik 1,5% menjadi US$14,485 per bushel. Harga naik 3,5% minggu ini, penaikan ketiga berturut-turut. Hal itu menjadi reli terpanjang sejak Februari. (mfm)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Giras Pasopati
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper