Sentimen Danantara
Sementara itu, penggiat pasar modal Indonesia, Reydi Octa menyoroti emiten pertambangan yang memperlebar unit bisnisnya ke sektor WTE adalah PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI). BIPI rencananya akan membangun proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL).
Reydi bilang, prospek emiten yang baru masuk di sektor WTE seperti UNTR dan BIPI akan menjanjikan walau tetap ada tantangan.
"Dukungan pemerintah melalui PSN, pendanaan lewat Patriot Bond bisa jadi katalis untuk jangka yang panjang. Kendalanya mungkin ada di realisasinya yang makan waktu, hambatan teknis dan regulasi, juga membutuhkan modal yang besar," kata Reydi.
Adapun, untuk pergerakan saham di lantai bursa, Reydi menyoroti hadirnya pemerintah dan Danantara pada proyek WTE memang menjadi sentimen kuat bagi pasar. Misalnya terlihat pada saham OASA dan TOBA yang sejak awal tahun terbang signifikan. Padahal, kinerja fundamental kedua perusahaan tersebut menunjukkan kerugian bersih di paruh pertama 2025.
"Kenaikan ini didorong sentimen proyek WTE yang masuk PSN 2025-2029, Patriot Bond Danantara dan ekspektasi aliran dana dari pemerintah. Investor berspekulasi OASA dan TOBA akan jadi pemain utama di sektor ini. Namun sentimen ini bisa berubah apabila tidak terealisasi," jelasnya.
Sebelumnya, Danantara mengumumkan akan menerbitkan Patriot Bond, obligasi dengan bunga rendah sebesar 2%. Hasil penerbitan Patriot Bond salah satunya akan digunakan Danantara Indonesia untuk membiayai proyek WTE, atau solusi mengubah limbah menjadi energi seperti listrik, gas, ataupun panas di dalam negeri.
Baca Juga
Melansir dokumen resmi yang dirilis Danantara, lembaga pengelola investasi ini turut menyinggung teknologi WTE dalam mengurai persoalan sampah di Indonesia. Dokumen itu menyebutkan bahwa Indonesia tercatat memiliki 20,7 juta ton sampah yang tidak terkelola pada 2024. Jika tidak ada perubahan signifikan, volume sampah diperkirakan melonjak hingga 82 juta ton per tahun pada 2045.
Chief Investment Officer Danantara Pandu Sjahrir mengatakan setiap inisiatif pembiayaan diarahkan untuk mendukung transformasi ekonomi jangka panjang, serta memperkuat peran dunia usaha dalam pembangunan nasional.
“Patriot Bond merupakan instrumen pembiayaan strategis yang lazim digunakan di berbagai negara, seperti Jepang dan Amerika Serikat, untuk memperkuat kemandirian pembiayaan nasional,” ujarnya dalam keterangan resmi.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.