Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adu Kinerja Kawasan Industri Djarum (SSIA) dan Sinar Mas (DMAS)

Dua emiten kawasan industri, Surya Semesta (SSIA) dan Puradelta (DMAS), membukukan kinerja keuangan negatif pada semester I/2025.
Greenland International Industrial Center PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS)./deltamas.id
Greenland International Industrial Center PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS)./deltamas.id

Bisnis.com, JAKARTA — Dua emiten properti kawasan industri, PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) dan PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) mencatatkan kinerja negatif sepanjang semester I/2025. 

SSIA, pengembang kawasan industri Subang Smartpolitan yang sahamnya terus diborong Grup Djarum sehingga menjadi yang terbesar dengan 10,04%, membukukan rugi bersih senilai Rp32,34 miliar pada paruh pertama 2025. Capaian ini berbalik dari periode sama tahun lalu yang meraih laba bersih Rp105,62 miliar.

Hasil negatif itu sejalan dengan penurunan pendatan SSIA sebesar 9,82% year on year (YoY) menjadi Rp2,11 triliun pada semester I/2025. 

Sementara jika dibedah lebih lanjut, segmen konstruksi menjadi penyumbang terbesar pendapatan dengan perolehan Rp1,7 triliun, naik 6,2% YoY. Sementara itu, properti berkontribusi Rp338,7 miliar atau tumbuh 20% YoY. 

Adapun, tekanan pada sisi pendapatan SSIA datang dari segmen perhotelan yang turun 57,6% YoY menjadi Rp215,6 miliar. Koreksi ini terjadi karena perseroan sedang melakukan renovasi Hotel Melia Bali. 

“Penurunan ini terutama disebabkan oleh renovasi Hotel Melia Bali sejak Oktober 2024, yang akan berganti merek menjadi Paradisus by Melia Bali,” ucap VP of Investor Relations & Corporate Communications, Erlin Budiman, dalam keterangan tertulis dikutip Kamis (7/8/2025). 

Seiring lemahnya pendapatan usaha, beban pokok SSIA juga turun 2,87% YoY menjadi Rp1,67 triliun pada semester I/2025. Alhasil, perseroan mencatatkan laba kotor sebesar Rp439,10 miliar atau turun 29,12% secara tahunan. 

KINERJA PURADELTA (DMAS)

Sementara itu, kawasan industri Deltama yang dikembangkan Grup Sinar Mas bekerja sama dengan Sojitz Corporation, juga menorehkan penurunan kinerja sepanjang enam bulan pertama tahun ini. 

Emiten dengan kode saham DMAS ini meraih pendapatan usaha senilai Rp613,35 miliar, merosot 49,07% YoY. Hal ini disebabkan oleh pelemahan penjualan lahan industri yang menjadi tulang punggung pemasukan perseroan.

Secara rinci, penjualan dari segmen industri hanya meraih Rp547,82 miliar atau turun dari Rp1,13 triliun pada semester I/2024. DMAS diketahui menjual lahan industri kepada sejumlah klien, seperti PT STT GDC Indonesia senilai Rp210,79 miliar dan PT Templemore Real Estate And senilai Rp173,53 miliar.

Selain itu, transaksi juga dilakukan dengan PT Kawanishi Warehouse Indonesia sebesar Rp88,5 miliar dan PT Beta Sinarindo mencapai Rp75 miliar.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro