Bisnis.com, JAKARTA– Citigroup Inc. merevisi naik proyeksi harga emas, dan memperkirakan logam mulia akan naik ke rekor tertinggi dalam waktu dekat.
Keyakinan tersebut didukung oleh memburuknya kondisi ekonomi AS dan kebijakan tarif impor yang mendorong inflasi.
Melansir Bloomberg, dalam catatan yang dirilis hari Senin, analis Citi termasuk Max Layton menyatakan bahwa emas diperkirakan akan diperdagangkan di kisaran US$3.300 hingga US$3.600 per ons selama tiga bulan ke depan. Ini naik dari proyeksi sebelumnya pada bulan Juni yang memperkirakan harga akan berkonsolidasi di rentang US$3.100–US$3.500.
“Pasar telah khawatir tentang potensi resesi di AS akibat suku bunga tinggi selama tiga tahun terakhir, dan banyak yang membeli emas sebagai lindung nilai (hedging) terhadap risiko tersebut,” tulis para analis Citi.
Disebutkan ketakutan ini kemungkinan meningkat dalam enam bulan terakhir karena kebijakan tarif dagang Presiden Trump yang disebut-sebut sebagai yang terbesar dalam satu abad terakhir.
Setelah naik tajam di awal tahun dan mencapai rekor tertinggi di atas US$3.500 per ons pada bulan April, harga emas cenderung stagnan dalam beberapa bulan terakhir seiring pasar mencari arah baru.
Baca Juga
Revisi proyeksi oleh Citi ini menjadikannya sejalan dengan pandangan lebih bullish dari analis lain, termasuk dari Goldman Sachs dan Fidelity International.
Meskipun lebih optimistis untuk jangka pendek, analis Citi tetap berhati-hati untuk tahun 2026. Mereka memperkirakan harga emas bisa turun seiring kemungkinan pulihnya pasar tenaga kerja AS dan kepastian baru terkait kebijakan dagang maupun stimulus ekonomi, terutama jika disahkan undang-undang besar seperti “One Big Beautiful Bill Act.”
Mereka juga menilai bahwa proyeksi sebelumnya pada level harga US$3.150–US$3.500 cukup akurat, mengingat harga emas memang bergerak stabil dalam kisaran tersebut dalam beberapa bulan terakhir.