Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TBS Energi Utama (TOBA) Cetak Rugi Bersih Rp1,87 Triliun Semester I/2025

TBS Energi Utama (TOBA) mencatat rugi Rp1,87 triliun di semester I/2025 akibat penurunan penjualan batu bara dan divestasi aset.
PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) menggelar rapat umum pemegang saham dan luar biasa (RUPSLB) di Jakarta, Kamis (14/11/2024)./Bisnis-Abdullah Azzam
PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) menggelar rapat umum pemegang saham dan luar biasa (RUPSLB) di Jakarta, Kamis (14/11/2024)./Bisnis-Abdullah Azzam
Ringkasan Berita
  • PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) mencatat rugi bersih Rp1,87 triliun pada semester I/2025, terutama akibat penurunan penjualan batu bara dan divestasi dua anak usaha pembangkit listrik.
  • TOBA mengurangi ketergantungan pada batu bara dan mempercepat transisi ke bisnis yang lebih hijau dengan masuk ke sektor pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik.
  • Bisnis pengelolaan sampah TOBA menunjukkan kontribusi positif dengan pendapatan US$59,6 juta dan EBITDA US$10 juta, mencerminkan efisiensi dan potensi profitabilitas yang lebih tinggi.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten energi PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) membukukan penurunan kinerja sepanjang semester I/2025. TOBA membukukan rugi bersih sebesar US$115,3 juta atau setara Rp1,87 triliun (kurs Jisdor Rp16.231 per dolar AS 30 Juni 2025).

Pendapatan konsolidasian perseroan tercatat sebesar US$172,2 juta, menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$248,7 juta.

Penurunan ini utamanya disebabkan oleh menurunnya volume penjualan segmen pertambangan batu bara dari 1,7 juta ton menjadi 0,7 juta ton, serta turunnya harga jual rata-rata dari US$83 per ton menjadi US$52,9 per ton.

Tren penurunan harga ini sejalan dengan pergerakan indeks harga batu bara global yang terus melandai sejak tahun lalu.

Sementara itu, penurunan volume penjualan terjadi karena melemahnya permintaan batu bara secara global dan keputusan TOBA untuk menyesuaikan strategi penjualan demi menanti momentum harga yang lebih menguntungkan.

Segmen bisnis pertambangan dan perdagangan batu bara mencatatkan pendapatan sebesar US$91,6 juta atau berkontribusi 53% terhadap total pendapatan TOBA, menurun dari 82% pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Manajemen menjelaskan penurunan ini mencerminkan komitmen TOBA dalam mengurangi ketergantungan terhadap sektor batu bara dan mempercepat transisi menuju portofolio bisnis yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Alhasil, pada semester I/2025, TOBA mencatat rugi bersih sebesar US$115,3 juta atau setara Rp1,87 triliun. Angka kerugian ini sebagian besar disebabkan oleh pencatatan rugi non-kas dari divestasi dua anak usaha pembangkit listrik tenaga uap, yakni PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP), yang diselesaikan pada Maret dan Mei 2025.

Rugi non-kas dari divestasi ini tercatat sebesar US$96,9 juta. Manajemen menjelaskan kerugian tersebut tidak berdampak pada arus kas TOBA, justru menghasilkan tambahan dana segar berupa pemasukan ke dalam kas TOBA sebesar US$123,6 juta. Hal ini memperkuat kondisi fundamental operasional TOBA yang tetap terjaga di tengah masa transisi.

Penjualan dua unit PLTU tersebut berkontribusi signifikan terhadap pengurangan emisi karbon TOBA, yakni sebesar 1,4 juta ton setara CO2 (tCO2e), atau setara dengan penurunan emisi sebesar 86% dalam setahun.

Manajemen menjelaskan di tengah kondisi pasar batu bara yang terus melemah dan langkah strategis divestasi dari aset-aset konvensional, TOBA tetap mencatat kemajuan nyata dalam agenda transisinya.

Perseroan telah secara aktif masuk ke dalam tiga lini usaha baru, yaitu pengelolaan limbah, energi terbarukan, dan kendaraan listrik. Ketiga pilar ini menjadi pondasi utama dalam membangun bisnis yang lebih resilien, rendah karbon, dan berorientasi masa depan.

Sementara itu, pilar baru TOBA dalam bisnis pengelolaan sampah mulai menunjukkan kontribusi positif secara signifikan. Unit usaha ini membukukan pendapatan sebesar US$59,6 juta dengan EBITDA mencapai US$10 juta hingga akhir Juni 2025.

Dengan demikian, margin EBITDA tercapai sebesar 17%, mencerminkan efisiensi dan potensi profitabilitas yang lebih tinggi dibandingkan lini batu bara TBS.

Adapun akuisisi Sembcorp Environment Pte. Ltd. pada bulan Maret dan kemudian Sembcorp Enviro Facility Pte. Ltd. pada bulan Mei 2025, turut memperluas kapabilitas TBS di sektor pengolahan limbah skala regional.

“Kami melihat bisnis pengelolaan sampah sebagai elemen kunci dalam transformasi TBS ke depan. Selain memiliki potensi pertumbuhan yang kuat, sektor ini memberikan kontribusi nyata terhadap lingkungan dan kualitas hidup masyarakat. Dengan kapabilitas dan skala yang kami miliki saat ini, kami percaya bisnis ini akan menjadi salah satu motor penggerak utama pertumbuhan jangka panjang TBS,” ujar Juli Oktarina, Direktur TBS.

Juli juga menyampaikan tahun ini menjadi tonggak penting dalam transformasi TBS menuju bisnis yang lebih berkelanjutan.

“Kami sedang berada di fase strategis untuk mereposisi portofolio kami dan fokus pada pengembangan bisnis yang tidak hanya memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang, tetapi juga berkontribusi positif terhadap lingkungan dan masyarakat,” tutur Juli.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro