Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja TOBA Terdampak Divestasi PLTU, Begini Kata Analis

TOBA alami rugi non-kas akibat divestasi PLTU, namun dapat dana segar US$123,6 juta untuk proyek hijau dan turunkan emisi karbon 80%. Analis sebut ini langkah strategis.
Direktur PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) Juli Oktarina (kiri) bersama SVP Corporate Strategy & Investor Relations Nafi Sentausa memberikan keterangan saat jumpa pers seusai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Luar Biasa di Jakarta, Kamis (14/11). /Bisnis/Abdullah Azzam
Direktur PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) Juli Oktarina (kiri) bersama SVP Corporate Strategy & Investor Relations Nafi Sentausa memberikan keterangan saat jumpa pers seusai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Luar Biasa di Jakarta, Kamis (14/11). /Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten energi, PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) membukukan rugi pada semester I-2025 akibat transaksi divestasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). 

Namun, manajemen menegaskan kerugian ini bersifat non-kas dan tidak mencerminkan fundamental ataupun finansial dan justru menjadi momentum transformasi. 

Dari divestasi PLTU yang tuntas pada 2025 itu, TOBA mendapatkan dana segar US$123,6 juta yang meningkatkan posisi kas dan dapat diinvestasikan kembali ke sejumlah proyek hijau. 

“Dan di saat bersamaan, kami juga berhasil menurunkan emisi karbon lebih dari 80% atau setara 1,3 juta ton CO₂ per tahun karena menjual PLTU,” kata Direktur TOBA Juli Oktarina, Rabu (30/7/2025).

Mengutip laporan keuangan, mencatatkan rugi periode berjalan sebesar US$115,3 juta atau sekitar Rp1,87 triliun (kurs Jisdor Rp16.231 per dolar AS 30 Juni 2025).

Kondisi ini berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatat untung periode berjalan US$40,5 juta atau setara Rp668 miliar. 

Salah satu pos yang mencolok pada laporan laba rugi perseroan adalah rugi dari divestasi entitas anak sebesar US$96,9 juta atau setara Rp1,6 triliun. 

Kerugian ini muncul karena TOBA mendivestasikan dua PLTU miliknya yaitu PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) pada Maret 2025 dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) pada Mei 2025. Kedua PLTU itu berlokasi di Sulawesi Utara. 

Analis NH Korindo Sekuritas Leonardo Lijuwardi menilai rugi non kas dari divestasi kedua PLTU itu tidak berdampak pada finansial dan fundamental. Sebaliknya, kondisi itu justru menjadi keuntungan strategis buat TOBA. 

Pertama, perseroan mendapatkan dana yang mempertebal posisi kas. Kedua, agenda strategis mereka untuk menuju netral karbon pada 2030 menjadi lebih mudah dicapai karena penjualan PLTU memangkas emisi karbon dalam jumlah signifikan.  

“Kerugian ini merupakan dampak akuntansi dan bersifat non-kas, ini yang penting untuk dicatat. Aset seperti PLTU divaluasi dengan pendekatan tertentu dan mengacu pada Peraturan Standard Akuntansi Keuangan [PSAK]," jelasnya. 

Adapun, standar akuntansi PSAK mengharuskan pencatatan di muka atas pendapatan konstruksi pembangkit dan transmisi IPP (Independent Power Producer) dengan skema Build Own Operate Transfer (BOOT) selama 25 tahun sesuai periode Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) yang berlaku. 

"Oleh karena itu, nilai aset yang tercatat di buku pada saat transaksi akan mencakup pendapatan di masa depan yang belum ditagihkan,” kata 

Karena hanya terkait pencatatan akuntansi, katanya, rugi dari divestasi ini tidak mengindikasikan bahwa bisnis TOBA memburuk atau tertekan. Kerugian  yang dialami TOBA menjadi tanda perseroan sedang dalam fase transformasi model bisnis yang dijalani. 

“Rugi akuntansi dan non-kas dari divestasi PLTU ini menandakan penyesuaian dalam rangka transformasi model bisnis. Mereka beralih dari bisnis batu bara yang ekstraktif dan siklikal ke bisnis yang fokus pada ESG dan sustainability dengan divestasi aset-aset seperti PLTU dan arus kas yang diperoleh dari divestasi direinvestasi ke bisnis yang lebih berkelanjutan seperti pengelolaan limbah” ungkapnya. 

Leo menyarankan investor untuk mencermati kontribusi bisnis non batu bara yang terus bertumbuh proporsinya seperti bisnis pengolahan sampah di Singapura, pembangkit listrik mikrohidro (PLTM) di Lampung dan segmen motor listrik. Proyek energi hijau lainnya yang tengah dikembangkan seperti PLTS di Batam juga layak diperhatikan. 

“Bisnis pengolahan sampah sudah menghasilkan revenue dengan margin EBITDA yang semakin baik. Prospek bisnis ini ke depan bakal menjanjikan karena Indonesia sudah masuk fase darurat sampah dan TOBA memiliki model bisnis yang teruji setelah mengakuisisi perusahaan sejenis di Singapura, Sembcorp,” katanya.

Terkait rugi, Leo juga menjelaskan hal itu juga sudah diantisipasi dan disampaikan oleh manajemen. Manajemen TOBA telah ambil ancang-ancang untuk mengalami rugi akuntansi dan non-kas sepanjang tahun 2025. 

Yang patut digarisbawahi, lanjut Leo, kendati mencatatkan kerugian akuntansi dan non-kas, berbagai indikator keuangan lainnya masih dalam kondisi yang sehat dan menjadi landasan bagi TOBA untuk ekspansi ke depan. 

Sebagai informasi, TOBA mencatatkan berbagai rasio keuangan yang sehat. Rasio utang terhadap modal atau yang lebih dikenal dengan Debt to Equity Ratio di bawah 1x. Kemudian rasio utang terhadap laba operasional atau debt to EBITDA 4,8x dan masih jauh di bawah kovenan 6,5x. Serta rasio likuiditas lancar 1,37x di atas kovenan yang mensyaratkan minimal 1,05x.

Menurutnya, rugi akuntansi non-kas tersebut tidak berdampak pada kemampuan TOBA untuk terus melakukan diversifikasi dan transformasi bisnis. 

Hal lain yang juga perlu digarisbawahi adalah, tambahnya, rugi akuntansi non-kas maupun fluktuasi kinerja keuangan merupakan hal yang lazim terjadi saat emiten melakukan perombakan, restrukturisasi atau transformasi model bisnis. 

At the end soal profitabilitas ini hanya jangka pendek saja fluktuasinya, outlook masih positif, dan kemampuan ekspansi masih solid didukung likuiditas kuat dan kondisi neraca yang sehat” imbuh Leo. 

----------------------- 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Thomas Mola
Editor : Thomas Mola
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro