Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk. (PMUI) terpantau melemah usai resmi mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Saham PMUI dibuka melemah sebesar 8,33% atau 15 poin menuju level Rp165 per saham sesaat setelah pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (10/7/2025).
Perseroan menggelar initial public offering (IPO) dengan menawarkan 1,16 miliar saham baru senilai Rp180 per saham, sehingga total dana yang diraih Rp208,8 miliar.
Direktur Utama PMUI Agus Susanto mengatakan, langkah perusahaan untuk masuk ke Bursa Efek Indonesia melalui IPO adalah bagian dari strategi kami untuk meningkatkan kapasitas pendanaan dan mendorong tata kelola perusahaan ke tingkat yang lebih baik.
“Kami optimistis dengan prospek bisnis yang dijalankan perseroan saat ini, seiring dengan pertumbuhan sektor telekomunikasi dan kebutuhan akan konsultasi manajemen yang profesional di Indonesia,” ujarnya dalam seremoni pencatatan perdana.
Sementara itu, seluruh dana yang diperoleh dari hasil IPO akan dialokasikan PMUI ke dua pos utama. Sekitar 26,76% digunakan untuk pembelian tanah dan bangunan milik Agus Susanto, yang merupakan Direktur Utama sekaligus pemegang saham perseroan. Properti tersebut berlokasi di Jalan Tuparev No. 87 A, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Baca Juga
Sementara itu, sekitar 29,73% digunakan untuk memberikan pinjaman kepada GRPM dengan suku bunga 9% dan tenor lima tahun. Dana yang dikembalikan nantinya akan dimanfaatkan sebagai modal kerja, terutama mendukung pengembangan usaha.
Pinjaman itu akan digunakan GRPM untuk membeli tanah bersumber mata air guna mendukung pabrik air minum dalam kemasan (AMDK), pelunasan utang pokok kepada Bank Mandiri, pembelian mesin untuk kebutuhan produksi AMDK, serta modal kerja.
Pada 2024, PMUI mencatatkan total aset sebesar Rp267,25 miliar, dengan liabilitas Rp13,7 miliar dan ekuitas Rp253,55 miliar. Adapun perseroan membukukan penjualan neto sebesarRp3,22 triliun dan laba bersih mencapai Rp49,46 miliar.
Nyaris Batal Listing
Pencatatan saham perdana PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk. (PMUI) di Bursa Efek Indonesia (BEI) hampir batal dilakukan lantaran ada dugaan kegagalan underwriter dalam menyerap saham sesuai dengan kontrak.
Komisaris Independen PMUI Theo Lekatompessy menuturkan perusahaan telah menyelesaikan seluruh kewajiban administratif dan regulasi. Namun, distribusi saham justru mengalami hambatan saat memasuki tahap penjualan.
“Karena tidak bisa jualan akhirnya tidak memenuhi target atau ketentuan dan karena tidak memenuhi ketentuan, ya terpaksa tidak dikasih untuk perusahaan listing,” ujar Theo saat dihubungi, Rabu (9/7/2025) malam.
Dia menjelaskan bahwa kegagalan itu terjadi karena hanya sekitar 25% saham atau 290 juta lembar yang diserap pasar. PMUI diketahui menawarkan sebanyak 1,16 miliar saham kepada publik dengan harga penawaran sebesar Rp180 per saham.
Padahal, lanjutnya, PMUI telah meneken kontrak penjaminan emisi dengan skema full commitment. Artinya, underwriter berkewajiban menyerap seluruh saham sisanya.
“Jadi, kami kontraknya full commitment sehingga sebetulnya bukan urusan kami. Mau laku tidak laku, dia [underwriter] ambil sendiri. Nah, masalahnya dia gagal penuhi janji. Jadi dia enggak boleh bilang gagal jualan karena full commitment,” kata Theo.
Theo menambahkan bahwa pihak underwriter akhirnya menyatakan tidak sanggup melanjutkan. Sementara itu, BEI sudah menjadwalkan pencatatan saham.
Dalam kondisi tersebut, pengendali PMUI terpaksa mengambil alih penyerapan agar proses pencatatan saham perdana tetap bisa berlangsung pada Kamis (10/7/2025).
“Akhirnya kami putuskan kalau memang tidak sanggup diambil alih karena tidak mungkin mau ganti [underwriter] jelang listing. Ya akhirnya, kalau bahasa kasarnya, kami harus ‘cuci brankas’ untuk menalangi,” pungkas Theo.
Setelah seluruh dokumen dan syarat administrasi dilengkapi oleh pihak emiten, BEI akhirnya memberikan lampu hijau agar proses pencatatan tetap bisa dilanjutkan.
__________
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.