Bisnis.com, JAKARTA — Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Senin (23/6/2025) seiring dengan meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga acuan pada Juli.
Berdasarkan data Reuters pada Selasa (24/6/2025), indeks S&P 500 ditutup menguat 57,20 poin atau 0,96% ke level 6.025,04. Indeks Nasdaq Composite naik 183,98 poin atau 0,95% ke 19.631,39. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average menguat 373,48 poin atau 0,88% ke posisi 42.580,30.
Tiga indeks utama di Wall Street ditutup di zona hijau. Saham sektor konsumsi non-primer memimpin penguatan, didorong lonjakan harga saham Tesla.
Jay Hatfield, CEO dan manajer portofolio di InfraCap, New York mengatakan, kenaikan yang terjadi di Wall Street agak mengejutkan. Dalam satu sisi, serangan AS justru mengakhiri ketidakpastian tentang apakah AS akan benar-benar menyerang Iran atau tidak.
“Reaksi pasar sangat bullish karena secara musiman, Juni biasanya periode koreksi. Tapi sekarang, investor tampaknya enggan menjual,” tambahnya.
Wakil Ketua The Fed Michelle Bowman pada Senin menyatakan bahwa saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mempertimbangkan penyesuaian suku bunga, mengingat risiko terhadap pasar tenaga kerja kini lebih besar dibandingkan tekanan inflasi akibat tarif.
Baca Juga
Sementara itu, Presiden Federal Reserve Chicago Austan Goolsbee juga menyebut bahwa sejauh ini, dampak ekonomi dari tarif masih lebih ringan dibandingkan perkiraan awal.
Pasar kini memperkirakan sedikitnya dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin sebelum akhir tahun. Pemangkasan pertama diprediksi terjadi pada September.
Paul Nolte, penasihat kekayaan senior dan analis pasar di Murphy & Sylvest, Illinois. mengatakan, sebelumnya dia memprediksi bahwa The Fed tidak akan mengubah suku bunga sama sekali tahun ini.
"Tapi pendekatan 'tunggu dan lihat' ala Powell sebenarnya tidak buruk, dan pasar jelas menyukai prospek suku bunga yang lebih rendah," ujarnya.
Saham Tesla melonjak tajam setelah peluncuran layanan robotaksi yang telah lama dinantikan di Austin, Texas.
Sementara itu, Israel terus menggempur Iran sehari setelah AS secara resmi ikut terlibat dalam konflik. Meski demikian, harga minyak mentah justru melemah setelah Iran tidak mengambil langkah-langkah yang mengganggu lalu lintas kapal tanker minyak dan gas di Selat Hormuz, seperti yang sebelumnya diancam.
“Pasar membaca situasi ini sebagai keberhasilan. Kapabilitas nuklir Iran berhasil dilumpuhkan dan kami mampu menghadapi serangan balasan,” kata Nolte. “Sebelumnya ada banyak kekhawatiran bahwa Iran akan bertindak lebih agresif dari ini.”
Sepanjang pekan ini, pelaku pasar juga akan mencermati rilis final data PDB kuartal I/2025 dari Departemen Perdagangan AS, laporan pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), serta kesaksian Ketua The Fed Jerome Powell di Kongres untuk memperoleh petunjuk lebih lanjut terkait arah kebijakan moneter jangka pendek.