Bisnis.com, JAKARTA—Obligasi korporasi yang diterbitkan oleh PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) dengan kupon 10,31%, salah satu dari lima seri dengan pokok terbesar yang bakal jatuh tempo pada tahun ini.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) hingga akhir Mei 2025, terdapat 135 seri obligasi korporasi berdenominasi rupiah yang jatuh tempo mulai 1 Juli hingga akhir Desember 2025. Dari total seri tersebut, Bisnis mengurutkan seri dengan pokok paling tebal dan mengambil lima seri di antaranya.
Dari daftar tersebut, seri dengan kupon paling tebal merupakan milik MDKA, yakni 10,31% per tahun. Instrumen yang terbit pada 13 Desember 2022 itu memiliki pokok Rp3,1 triliun. Berikutnya, terdapat seri yang diterbitkan oleh PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC). MEDC menerbitkan obligasi korporasi senilai Rp1,89 triliun pada 27 Juli 2022. Melalui instrumen itu, perusahaan menawarkan kupon 7% dan jatuh tempo pada 26 Juli 2025.
Kemudian, Sarana Multi Infrastruktur memiliki seri obligasi dengan pokok Rp2,53 triliun dan kupon 6,97%. Instrumen ini jatuh tempo pada 8 November 2025. Ada pula dua seri yang diterbitkan oleh bank BUMN PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). Seri Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Bank BRI Tahap II Tahun 2023 merupakan green bond dengan pokok paling jumbo, yakni Rp4,15 triliun. Dengan kupon 6,35% per tahun perusahaan menawarkan instrumen bertenor dua tahun.
Seri lainnya, yakni Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Bank BRI Tahap I Tahun 2022 yang juga instrumen obligasi hijau atau green bond dengan tenor 3 tahun dan memiliki kupon 5,75%. BRI menawarkan instrumen ini untuk menggalang dana Rp2 triliun.
Head of IPOT Fund & Bond Dody Mardiansyah menjelaskan penurunan suku bunga menciptakan peluang menarik di pasar obligasi, khususnya bagi pemegang deposito. Obligasi yang telah diterbitkan dan masih beredar di pasar sekunder umumnya menawarkan tingkat kupon tetap yang lebih tinggi ketimbang obligasi baru yang akan terbit. Transaksi di pasar sekunder pun bakal meningkat.
Baca Juga
“Ketika suku bunga turun, harga obligasi lama akan naik karena investor bersedia membayar lebih mahal mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi dari kupon tetap tersebut. Hal ini terjadi sebagai bentuk penyesuaian pasar agar yield obligasi lama selaras dengan suku bunga acuan yang baru,” jelas Dody, Kamis (22/5/2025).
Kondisi ini menjadi momentum strategis bagi investor deposito beralih ke obligasi. Dengan bunga deposito turun mengikuti BI rate, investor melirik instrumen yang menawarkan potensi imbal hasil lebih tinggi seperti obligasi.
“Permintaan meningkat, harga obligasi naik, dan investor bisa menikmati capital gain selain kupon yang tetap,” ujarnya.
Dia mencontohkan obligasi pemerintah FR0096 yang akan jatuh tempo pada 2033 dengan kupon 7%. Jika suku bunga diturunkan 25 basis poin (bps) atau 0,25% ke 5,50% maka selisih akan melebar menjadi 150 bps.