Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Menguat ke Level Rp16.321 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka menguat ke level Rp16.321 pada perdagangan hari ini, Jumat (23/5/2025).
Karyawan menghitung uang dolar AS dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan menghitung uang dolar AS dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (18/3/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka menguat ke level Rp16.321 pada perdagangan hari ini, Jumat (23/5/2025). Sementara itu, mata uang Asia lainnya dibuka bervariasi.

Mengutip data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka menguat 0,04% ke Rp16.321 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS melemah 0,29% ke level 99,66.

Sementara itu, beberapa mata uang kawasan Asia Pasifik dibuka bervariasi. Yen Jepang dibuka menguat 0,28%, lalu dolar Hong Kong melemah 0,04%, dolar Singapura nai 0,15%, dolar Taiwan menguat 0,02%, dan won Korea menguat 0,44%.

Kemudian peso Filipina melemah 0,01%, rupee India melemah 0,42%, yuan China menguat 0,06%, ringgit Malaysia menguat 0,43%, dan baht Thailand naik 0,05% terhadap dolar AS.

Melansir Reuters, dolar AS menguat pada Kamis setelah mengalami penurunan selama 3 hari berturut-turut.

Penguatan tersebut didorong sebagian oleh disahkannya RUU pemotongan pajak dan belanja besar-besaran dari Presiden Donald Trump oleh House of Representative, sedangkan euro melemah setelah data menunjukkan gambaran ekonomi yang suram di zona euro.

RUU pajak besar-besaran Trump telah menjadi fokus pasar dan pengesahannya disambut dengan perasaan lega sekaligus kehati-hatian. RUU ini diperkirakan akan menambah tumpukan utang negara yang sudah membengkak. 

Kini, pasar menanti perdebatan selama beberapa minggu ke depan di senat yang dikuasai Partai Republik.

Congressional Budget Office yang bersifat non-partisan memperkirakan RUU tersebut akan menambah utang AS sebesar US$3,8 triliun dari total utang yang saat ini mencapai US$36,2 triliun dalam satu dekade ke depan.

Sebaliknya, aktivitas bisnis di AS meningkat pada bulan Mei, sebagian karena meredanya perang dagang antara Washington dan China. Indeks Output PMI Komposit AS versi S&P Global, yang mencakup sektor manufaktur dan jasa, naik menjadi 52,1 bulan ini dari 50,6 pada April. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi di sektor swasta.

Erik Bregar, direktur FX & Precious Metals Risk Management, di Silver Gold Bull, Toronto, mengatakan dolar mendapat dorongan moderat dari pengesahan RUU pajak. Namun, penguatan dolar sebenarnya sudah terjadi ketika DPR AS memberikan lampu hijau di tengah lemahnya data PMI Eropa.

"Hari ini terasa seperti pembalikan dari perdagangan dedolarisasi kemarin. PMI AS yang lebih kuat dari perkiraan membantu membalikkan sebagian perdagangan dedolarisasi itu," katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper