Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas kembali melemah pada perdagangan Senin (28/4/2025) seiring mencairnya ketegangan perang dagang yang memicu kembalinya selera risiko di pasar global.
Melansir Bloomberg, harga emas di pasar spot melemah 0,85% ke level US3.291,39 per troy ounce pada pukul 14.35 WIB setelah sempat terkoreksi hingga 1,6% ke level US$3.268 dan mencatatkan penurunan lebih dari 5% sejak menembus US$3.500 pada Rabu pekan lalu.
Investor merespons sinyal mencairnya pembicaraan dagang AS setelah Presiden Donald Trump pada Jumat memberi sinyal kecil kemungkinan untuk kembali menunda tarif resiprokal yang lebih tinggi.
Dalam konteks ini, negara-negara Asia berupaya meraih kesepakatan sementara untuk menghindari tarif tambahan sebelum masa tenggang 90 hari berakhir pada Juli. Pemerintahan Trump sendiri telah menyiapkan kerangka negosiasi dengan sekitar 18 negara.
Meski ’ketenangan yang rapuh’ mulai terasa di pasar global, analis Saxo Capital Markets Pte Charu Chanana mengatakan belum ada kepastian bahwa sejumlah kesepakatan dapat tercapai dalam waktu singkat.
”Ekspektasi bahwa sejumlah kesepakatan bisa diselesaikan dalam beberapa minggu dinilai terlalu optimistis,” jelasnya seperti dikutip Bloomberg.
Baca Juga
Tekanan jual pada emas semakin dalam seiring prediksi bahwa reli sebelumnya berlangsung terlalu cepat dan berlebihan. Data terbaru dari Commodity Futures Trading Commission menunjukkan, manajer hedge fund di New York memangkas posisi beli bersih kontrak berjangka dan opsi emas ke titik terendah dalam 14 bulan.
menurut analisis Barclays Plc, pergeseran posisi di pasar opsi — yang pekan lalu mencatatkan volume perdagangan SPDR Gold Shares ETF hingga melampaui rekor 1,3 juta kontrak — mengindikasikan adanya potensi pasar emas yang terlalu panas dalam jangka pendek, melampaui dukungan fundamental seperti kekuatan dolar dan suku bunga riil.
Meski begitu, harga emas tetap mencatatkan penguatan 25% sepanjang tahun ini, didorong oleh agresivitas kebijakan perdagangan Trump dan meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi global.
Permintaan terhadap emas juga diperkuat aliran dana ke ETF berbasis emas, pembelian dari bank sentral, serta lonjakan permintaan spekulatif di China, meskipun permintaan fisik mengalami pelemahan di negara tersebut.