Bisnis.com, JAKARTA - Merger antara PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) resmi efektif pada 17 April 2025. PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk, entitas hasil merger diproyeksikan dapat dengan cepat mengejar ketertinggalan dari Indosat.
Analis Pasar Modal dan Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan merger memperkuat posisi EXCL sebagai salah satu pemain utama bisa menantang dominasi Indosat Ooredoo Hutchison (ISAT) dan Telkomsel.
"Dengan basis pelanggan gabungan mencapai lebih 94,5 juta, penguasaan spektrum frekuensi yang lebih luas, serta infrastruktur jaringan yang lebih merata, EXCL berpeluang meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing layanan," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (22/4/2025).
Hendra menuturkan tidak hanya memperluas jangkauan jaringan, penggabungan ini juga membuka jalan bagi sinergi biaya yang signifikan, termasuk optimalisasi BTS, backbone, serta efisiensi capex dan opex yang bisa menopang margin EBITDA ke level 38–40% dalam 1–2 tahun ke depan.
"Pasar juga menyambut merger ini dengan antusias, mencerminkan ekspektasi peningkatan kinerja keuangan EXCL secara berkelanjutan,” bebernya.
Jika sebelumnya EXCL berada di posisi ketiga secara pangsa pasar dan profitabilitas, pascamerger ini XLSmart berpotensi mengejar ketertinggalan dari ISAT yang telah lebih dulu sukses konsolidasi dengan Tri Indonesia.
Baca Juga
Hendra menuturkan pendapatan EXCL diproyeksikan mencapai Rp42-45 triliun pada 2025, dengan prospek rerating saham yang lebih baik seiring membaiknya struktur keuangan dan cash flow.
"Konsensus analis memproyeksikan target harga saham EXCL pada kisaran Rp2.700–3.000 dalam jangka menengah, seiring ekspektasi keberhasilan integrasi dan penguatan kinerja," tambahnya.
Secara lebih luas, konsolidasi EXCL–FREN menegaskan arah industri telekomunikasi yang semakin efisien dan terfokus pada kualitas layanan serta monetisasi data. Meskipun tantangan seperti stagnasi ARPU dan tekanan dari layanan OTT masih membayangi, tetapi fundamental industri diyakini tetap positif, seiring meningkatnya kebutuhan internet dan digitalisasi lintas sektor.
"Dengan fondasi yang lebih solid pasca penggabungan, EXCL kini berada pada jalur transformasi menuju posisi strategis baru dalam peta industri telekomunikasi nasional,” tandas dia.
Katalis positif lainnya industri telekomunikasi dinilai relatif tahan bantik terhadap pelemahan daya beli. Masyarakat tetap membutuhkan pulsa dan data untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan penunjang aktivitas sehari hari. Langganan data dan internet, bagi masyarakat sudah sama pentingnya dengan langganan listrik dan air.
Faktor itu bisa menjadi pertimbangan untuk saham emiten telekomunikasi sebagai langkah defensif untuk investasi. Terhitung sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal, lanjutnya, saham industri telekomunikasi relatif lebih cepat rebound dengan fluktuasi yang lebih stabil.
Di sisi lain, melansir Terminal Bloomberg (diakses, Selasa 22/4), dari 30 analis yang mengulas saham EXCL, mayoritas atau sebanyak 24 analis memberikan rekomendasi beli. Sisanya, 5 analis menyarankan tahan (holds) dan 1 analis merekomendasikan jual. Adapun target harga saham EXCL menurut analis konsensus Bloomberg berasa pada Rp2.864 per saham untuk 12 bulan ke depan.
Target harga saham EXCL itu mewakili potensi return sebesar 36,4% dari harga saham pada perdagangan Selasa (22/4) yang berada pada Rp2.100 per lembar.
Sebagai informasi, XLSmart saat ini masih mengoperasikan spektrum frekuensi sebesar 152 MHz untuk melayani 94,5 juta pelanggan. Spektrum frekuensi tersebut berasal dari 90 MHz milik XL Axiata (15 MHz/900 MHz, 45 MHz/1800 MHz, dan 30 MHz/2100 MHz) dan 62 MHz milik Smartfren (22 MHz/850 MHz dan 40 MHz/ 2300 MHz).
Namun, pada Januari 2027, jumlah tersebut akan berubah karena XLSmart harus mengembalikan 2x7,5 MHz di pita 900 MHz kepada Komdigi. Sebelum merger, XL Axiata dan Smartfren terus memperluas layanan yang dimiliki dan menjangkau daerah baru.
Pada 2024, jumlah base transceiver station (BTS) XL Axiata mencapai 165.000 unit, termasuk 110.000 BTS 4G. Jumlah ini meningkat 4% dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, Smartfren memiliki 46.000 BTS 4G LTE hingga September 2024. BTS tersebut tersebar di 288 kota di Indonesia dan menjangkau lebih dari 80 persen populasi.
Presiden Direktur dan CEO XLSmart, Rajeev Sethi mengatakan penggabungan dua entitas besar ini memberikan keunggulan signifikan, terutama dalam hal jangkauan dan kapasitas jaringan.
Menurutnya, hal ini akan membuka jalan bagi peningkatan kualitas layanan pelanggan, khususnya di sisi konektivitas di Indonesia.
"Kami juga memanfaatkan peluang dari integrasi jaringan ini. Bahkan, kami menyebutnya transformasi jaringan," kata Rajeev di Jakarta, Kamis (17/4/2025).
-------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.