Bisnis.com, JAKARTA – Kiwoom Sekuritas Indonesia memproyeksikan zona support psikologis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di kisaran 5.900 - 6.000, yang jika dapat dipertahankan membuka peluang untuk teknikal rebound.
Meski demikian, apabila tekanan eksternal kembali meningkat terutama dari eskalasi dagang antara Amerika Serikat (AS) – China, koreksi lanjutan menuju level 5.750 dinilai sebagai skenario realistis terburuk jangka pendek.
“Support psikologis IHSG berada di sekitar 5.900-6.000, namun mengingatkan risiko koreksi lebih dalam ke sekitar arah 5.750 jika situasi global memburuk,” ujar Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata, Rabu (9/4/2025).
Liza menuturkan bahwa pelaku pasar terus mencermati arah negosiasi dagang antara AS dan mitra utamanya. Ketidakpastian masih menyelimuti hasil akhir kebijakan tarif Donald Trump, yang dikhawatirkan bisa memicu aksi balas dari negara terdampak.
China sendiri telah mengumumkan pembalasan dengan mengenakan tarif impor tambahan sebesar 34% terhadap semua produk dari AS, yang berlaku 10 April 2025.
“Antara AS dan China, sengitnya perang dagang ini bisa saja semakin bereskalasi akibat aksi saling balas keduanya, dan untuk mereka akan segera muncul ketetapan terbaru dalam 1 atau 2 hari mendatang,” ungkap Liza.
Baca Juga
Di sisi lain, dia menambahkan bahwa ekspektasi pelonggaran moneter global menjadi satu-satunya katalis positif. Goldman Sachs dan JPMorgan memproyeksikan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak empat hingga lima kali pada 2025, dengan penurunan pertama diperkirakan terjadi awal Mei.
Hal itu menjadi sinyal kuat bahwa bank sentral dunia kini memasuki fase akomodatif penuh yang bisa meredakan kekhawatiran terhadap ancaman resesi global.
Dari dalam negeri, Liza menyebutkan pelaku pasar masih menunggu arah kebijakan pemerintah dalam menjaga pertumbuhan ekonomi di level 5% dan menahan potensi arus modal keluar akibat gejolak eksternal yang terjadi.
“Jurus-jurus negosiasi dari Indonesia akan dimonitor oleh pelaku pasar mengenai bagaimana Indonesia bisa bertahan dari gelombang sell-off dan menjaga pertumbuhan ekonomi paling tidak bisa bertahan di level 5%,” pungkasnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.