Bisnis.com, JAKARTA — Jelang HUT ke-48 Pasar Modal Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih di zona hijau. Terdapat harapan IHSG mampu menembus rekor di level 8.000 saat pasar modal Indonesia memasuki usia ke-48.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG berada di level 7.533,38 pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (8/8/2025) menguat 0,58%. IHSG pun masih di zona hijau, menguat 6,41% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
IHSG telah mencatatkan kinerja menanjak dalam sebulan terakhir jelang HUT ke-48 Pasar Modal Indonesia, naik 9,11% sehingga menimbulkan harapan akan menembus rekor baru, hingga ke level 8.000.
Indeks terakhir kali mencatatkan level tertinggi sepanjang masa pada 19 September 2024 di level 7.905,39.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Inarno Djajadi mengatakan OJK menyambut baik optimisme dari berbagai pihak, terhadap potensi penguatan IHSG.
"Optimisme ini mencerminkan kepercayaan terhadap stabilitas perekonomian nasional dan prospek kinerja emiten Indonesia yang terus menunjukkan perbaikan. Saya menilai level tersebut [8.000] mampu dicapai," kata Inarno dalam jawaban tertulis pada beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Namun, Inarno mengatakan bahwa pergerakan IHSG sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik domestik maupun global serta kinerja emiten.
"Kami mengingatkan bahwa euforia pasar tetap perlu diiringi dengan kewaspadaan dan pengelolaan risiko yang baik," ujar Inarno.
Dari sisi regulator, OJK menurutnya terus memastikan bahwa pasar berjalan secara teratur, wajar, dan efisien. OJK juga mendorong terciptanya ekosistem pasar modal yang sehat dan berintegritas, agar potensi pertumbuhan IHSG maupun instrumen lainnya bisa tercapai secara berkelanjutan, bukan hanya karena momentum jangka pendek.
Sebelumnya, Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan bahwa indeks komposit saat ini telah memperlihatkan tren positif. Tidak menutup kemungkinan, level 8.000 bisa tercapai.
Iman menambahkan jumlah investor di pasar modal hingga pertengahan 2025 juga telah menembus 17,4 juta. Angka ini meningkat lima kali lipat dibandingkan dengan 6 tahun lalu dengan didominasi oleh investor domestik ritel.
“Kenaikan ini didominasi oleh investor domestik ritel, yang menjadi tulang punggung pertumbuhan pasar modal kita,” kata Iman di Gedung BEI, Jakarta pada beberapa waktu lalu.
Dari sisi emiten, saat ini terdapat 954 perusahaan tercatat. Iman menilai jumlah ini memperlihatkan kepercayaan dunia usaha untuk menghimpun dana melalui pasar modal, seiring prospek pertumbuhan jangka panjang ekonomi Indonesia.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.