Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Tarif Trump, Aliran Dana Asing Kabur dari RI Kian Deras?

Pasar saham RI diproyeksikan mendapatkan tekanan dari kebijakan tarif impor AS dengan dana asing diramal akan berlanjut lari kabur di kuartal II/2025.
Pegawai beraktivitas di galeri Bursa Efek Indonesia pada pembukaan perdagangan saham 2025 di Jakarta, Kamis (2/1/2025)./Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di galeri Bursa Efek Indonesia pada pembukaan perdagangan saham 2025 di Jakarta, Kamis (2/1/2025)./Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar saham Indonesia diproyeksikan akan mendapatkan tekanan dari kebijakan tarif impor AS. Dana asing pun diramal akan berlanjut lari dari pasar saham Indonesia pada kuartal II/2025.

Pasar saham Indonesia mencatatkan capital outflow atau larinya dana asing dengan deras sepanjang kuartal I/2025. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai jual bersih atau net sell asing di pasar saham Indonesia mencapai sebesar Rp29,92 triliun sepanjang kuartal I/2025.

Terdapat sejumlah saham yang banyak dijual oleh asing, terutama bank jumbo atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) misalnya mencatatkan net sell asing sebesar Rp10,4 triliun sepanjang kuartal I/2025.

Kemudian, saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp6,01 triliun sepanjang kuartal I/2025.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp2,76 triliun dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp2,34 triliun sepanjang kuartal I/2025.

Selain bank jumbo, saham lainnya yang banyak dijual asing pada kuartal I/2025 adalah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dengan catatan net sell asing sebesar Rp1,38 triliun.

Seiring dengan aliran dana asing, kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) pun jeblok pada kuartal I/2025. IHSG melemah 8,04% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) ke level 6.510,62 pada perdagangan akhir bulan lalu (27/3/2025).

Equity Research Analyst Panin Sekuritas Felix Darmawan menilai derasnya net sell asing pada kuartal I/2025 mencerminkan kombinasi faktor global dan domestik yang mendorong investor asing menarik dananya dari pasar saham Indonesia.

Faktor pertama, The Fed masih mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi lebih lama dari ekspektasi pasar, dengan kemungkinan kenaikan suku bunga tambahan jika inflasi tetap tinggi. 

Kedua, rupiah yang cenderung melemah terhadap dolar AS sepanjang kuartal I/2025 juga meningkatkan risiko nilai tukar bagi investor asing. Depresiasi mata uang membuat aset dalam rupiah kurang menarik dibandingkan aset di negara maju dengan stabilitas kurs lebih baik.

Ketiga, risiko dagang akibat kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump juga menjadi faktor yang dicermati pelaku pasar.

Dia pun menilai aliran dana asing akan kembali keluar deras dari pasar saham Indonesia pada kuartal II/2025. Faktor pendorongnya adalah sentimen negatif kebijakan tarif impor AS yang telah diresmikan Trump.

Sebagaimana diketahui, tarif impor AS telah resmi diumumkan oleh Trump pada Rabu pekan lalu (2/4/2025), waktu setempat. Seluruh negara diganjar tarif impor 10%, sedangkan beberapa negara turut dikenakan tarif resiprokal (reciprocal tariffs) lebih tinggi berdasarkan hambatan perdagangan dengan AS.

"Investor khususnya foreign pun mungkin masih akan keluar dari market domestik kita di bulan April ini khususnya, untuk memburu aset safe haven seperti emas, US Treasury, dan mata uang negara lain seperti yen dan franc swiss," ujar Felix, Senin (7/4/2025).

Sementara, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai di tengah tekanan sentimen tarif Trump terhadap pasar saham, masih ada harapan masuknya dana asing.

"Sentimen Trump akan mereda, kalau pertumbuhan ekonomi global tercapai. Jadi tetap saja sentimennya temporer, market bereaksi positif jika sudah mendapatkan kesepakatan dalam hal tarif," ujar Nafan, Senin (7/4/2025).

Kemudian, menurutnya saham-saham yang sebelumnya banyak dijual asing seperti bank jumbo akan menjadi penggerak IHSG dan penopang masuknya dana asing.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper