Bisnis.com, JAKARTA — Investor asing kelas kakap seperti BlackRock hingga Credit Agricole Group bergeliat mempertebal portofolionya di saham unggas (poultry) PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) pada awal 2025.
Berdasarkan data Bloomberg, BlackRock telah menambah 4,18 juta lembar saham JPFA sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025 hingga Kamis (20/3/2025). Kepemilikan saham BlackRock di JPFA pun menjadi sebanyak 103,99 juta lembar.
Dimensional Fund pun menambah 1,67 juta lembar saham JPFA ke dalam portofolionya sepanjang 2025. Kini, Dimensional Fund menggenggam 138,19 juta lembar saham JPFA.
Di CPIN, BlackRock pun menambah kepemilikan sahamnya sebanyak 3,3 juta lembar sepanjang 2025. Kini, BlackRock menggenggam 209,18 juta lembar saham CPIN.
Selain BlackRock, Credit Agricole Group pun menambah 2,34 juta lembar saham CPIN pada awal 2025. Kepemilikan saham Credit Agricole Group di CPIN pun kini mencapai 29,78 juta lembar.
Saham JPFA serta CPIN pun mencatatkan aliran dana asing. Per Kamis (20/3/2025), JPFA mencatatkan nilai beli bersih atau net buy asing sebesar Rp15,8 miliar. Dalam sepekan, JPFA mencatatkan net buy asing sebesar Rp53,2 miliar.
Baca Juga
Sementara, CPIN mencatatkan net buy asing sebesar Rp7,66 miliar pada perdagangan kemarin. Dalam sepekan terakhir, net buy asing di CPIN mencapai Rp24,5 miliar.
Aliran dana asing dari investor asing ke saham JPFA dan CPIN sejalan dengan kinerja laba yang moncer. Berdasarkan laporan keuangan, JPFA yang telah mencatatkan laba bersih Rp3,01 triliun pada 2024, meroket 224,71% secara tahunan (year on year/yoy), dari tahun sebelumnya Rp929,71 miliar.
Kinerja moncer laba JPFA didorong oleh kenaikan penjualan neto sebesar 9,03% yoy menjadi Rp55,80 triliun dari posisi tahun sebelumnya Rp51,17 triliun.
Dilihat dari kontributor pendapatan JPFA, peternakan komersial masih menjadi tulang punggung perseroan. Pendapatan dari peternakan komersial mengalami kenaikan 8,13% yoy menjadi Rp23,03 triliun pada 2024 dari tahun sebelumnya Rp21,30 triliun.
Namun, pendapatan dari pembibitan unggas yang mengalami pertumbuhan paling tinggi di sepanjang 2024 sebesar 35,84% yoy menjadi Rp3,27 triliun dari sebelumnya Rp2,41 triliun.
Selanjutnya pendapatan pakan ternak meningkat 6,20% yoy menjadi Rp14,67 triliun dari sebelumnya Rp13,81 triliun. Pendapatan dari pengolahan hasil peternakan naik 11,82% yoy menjadi Rp8,89 triliun, diikuti dengan perdagangan dan lain-lain naik 4,90% yoy menjadi Rp2,09 triliun.
Berikutnya pendapatan budidaya perairan naik 4,25% yoy menjadi Rp4,77 triliun dari sebelumnya Rp4,57 triliun.
CPIN juga telah mencatatkan laba sebesar Rp3,71 triliun pada 2024, melonjak 60,14% yoy dibandingkan periode sama 2023 sebesar Rp2,31 triliun.
Pada saat yang sama, penjualan neto CPIN tercatat naik 9,51% yoy menjadi Rp67,47 triliun di 2024, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp61,61 triliun.
Secara terperinci berdasarkan segmen, penjualan CPIN ditopang oleh segmen ayam pedaging (broiler) sebesar Rp35,31 triliun, diikuti segmen pakan sebesar Rp16,44 triliun, ayam olahan Rp11,94 triliun
Selanjutnya, penjualan anak ayam usia sehari atau day old chicken sebesar Rp2,50 triliun, dan penjualan lain-lain Rp1,26 triliun. Penjualan itu dikurangi biaya eliminasi Rp53,48 triliun.
Selain kinerja laba, harga saham JPFA pun menggeliat. Harga saham JPFA naik 0,5% pada perdagangan hari ini, Kamis (20/3/2025) ditutup di level Rp1.995 per lembar. Harga saham JPFA pun naik 2,84% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).
Meskipun, kinerja saham CPIN masih lesu. Harga saham CPIN stagnan di level Rp4.500 pada perdagangan hari ini. Sementara, harga saham CPIN turun 5,46% ytd.
Di sisi lain, saham JPFA dan CPIN dinilai prospektif. Tim Riset Samuel Sekuritas melaporkan kinerja bisnis dan saham emiten unggas seperti JPFA dan CPIN terdorong momentum ramadan karena permintaan yang meningkat.
"Secara historis, harga ayam pedaging mampu mencapai Rp24.000 selama ramadan, yang menunjukkan potensi kenaikan sebesar 7,5%," tulis Tim Riset Samuel Sekuritas pada beberapa waktu lalu.
Kinerja bisnis dan saham emiten unggas pun didukung oleh pemusnahan sukarela dan kebijakan pemerintah yang menguntungkan, termasuk program bungkil gratis dan kuota impor grand parent stock (GPS) yang lebih rendah.
Namun, kekhawatiran atas potensi penyebaran flu burung dari AS ke Asia dapat menimbulkan risiko bagi emiten unggas.
Samuel Sekuritas merekomendasikan buy untuk CPIN dengan target harga di level Rp5.900 per lembar. Sementara JPFA direkomendasikan buy dengan target harga Rp2.400 per lembar.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo juga menilai saham emiten unggas seperti JPFA dan CPIN terdorong oleh bergulirnya program makan bergizi gratis dari pemerintah. "Hal ini bisa berdampak positif bagi kinerja emiten poultry khususnya pada top line," ujarnya kepada Bisnis.
Program makan bergizi gratis dari pemerintah memang telah bergulir pada awal tahun ini. Pada Januari 2025, pemerintah mulai menjalankan program secara masif di 923 titik. Kemudian, cakupan program berkembang menjadi 2.000 titik pada April 2025 dan menjadi 5.000 titik pada Juli-Agustus 2025.
Berdasarkan data Bloomberg, konsensus analis terbaru menunjukan bahwa sebanyak 24 sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk JPFA. Target harga saham JPFA sendiri berada di level Rp2.456,67 per lembar dalam 12 bulan ke depan.
Konsensus analis terbaru juga menunjukan bahwa sebanyak 18 sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk CPIN. Sementara, tiga sekuritas merekomendasikan hold. Target harga saham CPIN sendiri berada di level Rp5.772,73 per lembar dalam 12 bulan ke depan.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.