Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Menguat ke Level Rp16.572, Dolar AS Keok

Rupiah dibuka menguat 0,09% ke posisi Rp16.572 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (27/3/2025).
Karyawan memperlihatkan uang Rupiah dan Dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (3/3/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memperlihatkan uang Rupiah dan Dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (3/3/2025). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp16.572 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (27/3/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada perdagangan dengan naik 0,09% atau 15,5 poin ke posisi Rp16.572 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat melemah 0,18% ke posisi 104,020.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,22%, dolar Singapura menguat 0,15%, dan yuan China menguat 0,05%.

Lalu mata uang lainnya, won Korea menguat 0,18%, dolar Hong Kong menguat 0,02%, peso Filipina menguat 0,25%, baht Thailand menguat 0,10%, rupee India menguat 0,06%, sedangkan dolar Taiwan melemah sebesar 0,13%, dan ringgit Malaysia stagnan.

Adapun kemarin, mata uang rupiah juga menguat ke posisi Rp16.587 per dolar AS saat penutupan perdagangan Rabu (26/3/2025).

Sebelumnya rupiah sempat anjlok ke level Rp16.640 per dolar AS pada Selasa (25/3/2025) terparah sejak 1998, bahkan melewati titik tertinggi sebelumnya saat Covid-19 pada 23 Maret 2020.

Titik tertinggi rupiah terhadap dolar AS pada 1998 sempat menyentuh ke level Rp16.800 per dolar AS.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menjelaskan rupiah terus-menerus melemah karena kekhawatiran pasar soal perang dagang yang dipicu oleh kebijakan kenaikan tarif Trump.

"Perang dagang ini bisa memicu penurunan perdagangan global sehingga perekonomian global menurun," katanya saat ditanyai Bisnis, Selasa (25/3/2025).

Selain itu, dia mengatakan bahwa konflik perang di Timur Tengah dengan tensi yang masih tinggi, ditambah perang Ukraina dan Rusia yang juga belum bisa didamaikan.

Selanjutnya, dia menjelaskan bahwa dari dalam negeri, pasar juga sudah pesimis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini menambah tekanan terhadap rupiah.

"Pelemahan rupiah yang cepat tentu bisa menurunkan kepercayaan pelaku pasar terhadap rupiah dan juga terhadap kemampuan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper